Penembakan Solo
Eva Duga Kelemahan Polisi di Solo Dimanfaatkan Pilgub DKI
Eva mengatakan, sepatutnya Polri tidak diganggu dan dirusuhi untuk kepentingan politik.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR, Eva Kusuma Sundari, mengatakan terulangnya kasus penembakan polisi di Solo menunjukan akutnya kelemahan koordinasi divisi intelejen dan reskrim di tubuh Polri.
Menurut Eva, kejanggalan-kejanggalan dalam penyergapan dua tersangka teroris di Solo adalah bagian dari kelemahan internal. Lebih dari itu, diduga pihak-pihak tertentu memanfaatkan kelemahan Polri itu.
"Dalam situasi Polri dalam tekanan internal, kinerja yang buruk itu, maka amat mungkin pihak eksternal memancing di air keruh dengan memanfaatkan kelemahan Polri untuk kepentingan politik, tmsk Pilkada DKI," ujar Eva melalui pesan elektronik, Senin (3/9/2012).
Eva mengatakan, sepatutnya Polri tidak diganggu dan dirusuhi untuk kepentingan politik. Semua pihak harus membantu Polri untuk indpenden, imparsial, netral, sebagai syarat Polri yang profesional agar bisa menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Politisi PDI Perjuangan ini menegaskan, bahwa satu-satunya solusi dari masalah itu adalah reformasi kultural. Langkah ini untuk menggenapi reformasi kelembagaan Polri itu sendiri.
"Kapolri (Jenderal Timur Pradopo) harus mampu menghapus kultur korup dan tidak profesional menjadi kultur yang mencerminkan akuntabilitas," tandasnya.
- Dua Terduga Teroris Pernah Mondok di Ponpes Ngruki
- Ini Penjelasan Polri Soal Kejanggalan Senjata Teroris Solo
- Mabes Polri Pastikan Bripda Suherman Pakai Rompi Anti Peluru
- RS Polri Tunggu Keluarga Korban Terduga Teroris Solo
- Polisi Periksa Keluarga Pelaku Penembakan Solo
- Polri Tampik Kejanggalan Penangkapan Teroris Solo