Blog Tribunners
EQ, Faktor Penting yang Tak Terlihat di Rapor tapi Menentukan Masa Depan
EQ lebih berpengaruh dari IQ dalam kesuksesan hidup. Hernita Wijayaratna tegaskan pentingnya EQ sejak usia dini.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Glery Lazuardi
Kesalahpahaman mudah terjadi, interaksi menjadi kaku, bahkan lingkungan kerja atau keluarga bisa berubah menjadi toxic.
Hernita menyebut, kurangnya empati menjadi salah satu akar masalahnya.
Tanpa empati, seseorang akan sulit memahami maksud orang lain, sehingga komentar yang sebetulnya biasa saja bisa ditanggapi berlebihan.
Lebih jauh lagi, orang dengan EQ rendah cenderung memicu konflik berkepanjangan.
Bukan hanya karena kesulitan memahami orang lain, tetapi juga karena tidak mampu mengendalikan reaksi emosinya sendiri.
*EQ Dibentuk Sejak Dini*
Kecerdasan emosional bukan bawaan lahir yang tidak bisa diubah.
Justru, pembentukannya sudah dimulai sejak dalam kandungan melalui interaksi ibu dan lingkungan sekitarnya.
“Belajar kecerdasan emosi itu harus sejak usia dini. Pembelajaran pertama itu dari keluarga, terutama orang tua,” jelas Hernita.
Sayangnya, di masyarakat Indonesia, perhatian terhadap EQ masih kalah dibanding IQ.
Anak yang menangis atau tantrum sering dianggap wajar tanpa pembinaan, sementara nilai rapor tetap menjadi fokus utama.
Persepsi ini yang membuat banyak orang tumbuh tanpa keterampilan mengelola emosi yang baik.
Agar anak mampu mengelola emosi, orang tua perlu terlebih dahulu memiliki kecerdasan emosional yang matang.
Ayah maupun ibu punya peran penting sebagai teladan.
Kebiasaan orang tua dalam berkomunikasi, merespons masalah, dan mengendalikan emosi akan menjadi contoh nyata bagi anak.
Kesadaran ini menjadi krusial di era modern, di mana tekanan sosial, tantangan pekerjaan, dan paparan media sosial semakin besar.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kenapa Orang Sekarang Gampang Baper? Ada Luka Lama yang Belum Sembuh |
![]() |
---|
Cara Mengasah Potensi Anak dengan Down Syndrome: Hindari Stigma, Beri Ruang Ekspresi |
![]() |
---|
Apa Itu Inner Child? Psikolog Sebut Bisa Saja Kemungkinan Pengaruhi Arya Daru sebelum Tewas |
![]() |
---|
Psikolog Heran Arya Daru Burnout Sebelum Bunuh Diri: Kerja di Kemlu Indonesia Nggak Berat-berat Amat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.