Tribunners / Citizen Journalism
Bendera One Piece
Ketika Bendera Anime Bajak Laut Jepang Jadi Kontroversi di Indonesia
Reaksi keras pemerintah terhadap fenomena One Piece menunjukkan kegagalan ISA dan dipakainya RSA sebagai mekanisme backup.
Editor:
Wahyu Aji
Dalam lensa teori kritis Frankfurt School, One Piece menunjukkan karakteristik "pseudoindividualization" yang memberikan ilusi keunikan dan resistensi sambil tetap berada dalam parameter yang aman bagi sistem kapitalis.
Popularitas One Piece di Indonesia tidak terjadi dalam ruang hampa.
Terjadi resonansi historis dan psikologis, seperti gambaran arketipe "pemberontak heroik". Luffy adalah versi modern pahlawan folklor Indonesia, seperti Si Pitung jagoan Betawi atau jawara pejuang lainnya.
Mereka semua melawan penguasa korup dengan cara "di luar hukum", seperti Luffy yang dianggap kriminal oleh World Government tapi pahlawan bagi rakyat kecil.
Kedua, World Government merepresentasikan penjajah yang mengeksploitasi pulau-pulau (seperti Goa Kingdom/Wano Country).
Adegan Luffy membebaskan negara Arabasta dari tirani Crocodile, paralel dengan harapan anak muda terhadap kondisi Indonesia yang lebih baik.
Adorno sendiri mengakui bahwa industri budaya dapat menghasilkan efek yang tidak diinginkan.
Dalam Aesthetic Theory, ia mengatakan bahwa seni bahkan yang diproduksi secara industrial memiliki potensi untuk menciptakan "moment negatif" yang mengkritik realitas yang ada.
ISA dan Kegagalan Interpolasi: Ketika Warga Diangggap Tidak “Patuh”
Louis Althusser, (1918-1990) filsuf Marxis strukturalis asal Prancis dalam esainya Ideology and Ideological State Apparatuses, menjelaskan bagaimana kekuasaan borjuis dipertahankan tidak hanya melalui Repressive State Apparatus (RSA) seperti polisi dan militer, tetapi juga melalui Ideological State Apparatus (ISA) seperti sekolah, keluarga, media, dan institusi budaya.
ISA bekerja melalui proses interpolasi (interpellation) yaitu cara ideologi "memanggil" individu untuk menjadi subjek yang patuh. Dalam konteks Indonesia, ritual-ritual nasional seperti perayaan kemerdekaan, upacara bendera berfungsi sebagai ISA yang bertujuan menciptakan subjek-subjek "warga negara yang baik."
Fenomena pengibaran bendera One Piece pada 17 Agustus dapat dibaca sebagai kegagalan ISA dalam menginterpolasi generasi muda Indonesia.
Kegagalan dapat dibaca sebagai aparatus ideologis tidak lagi memiliki monopoli dalam pembentukan identitas subjek. One Piece telah menciptakan "counter-interpellation" yang lebih menarik bagi generasi muda.
Althusser mungkin akan melihat ini sebagai contoh dari "contradiction within ideology", yaitu keadaan di mana dua apparatus ideologis yang berbeda (negara vs. kapital global) saling bertentangan dalam upaya mereka menciptakan subjek yang patuh.
Di era digital ini, ISA juga bekerja melalui intepretasi algoritma. Platform digital menciptakan filter bubble yang memperkuat preferensi yang sudah ada.
Namun, algoritma juga menciptakan kemungkinan glitch yang tidak dapat diprediksi.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bendera One Piece
Pria Mengaku TNI Tampar Pedagang Sayur di Bantaeng karena Bendera One Piece |
---|
Fenomena Pengibaran Bendera One Piece, BPIP Ajak Generasi Muda Bijak Ekspresikan Kritik Sosial |
---|
Bendera One Piece Berkibar di Puncak Gunung Lawu, Ternyata Kejadiannya sejak Mei |
---|
Bukan Hanya di Jakarta, Bendera One Piece Juga Berkibar di Aksi Kamisan Solo |
---|
Ketika Bendera One Piece Berkibar di Aksi Kamisan |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.