Minggu, 5 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Signifikansi Manajemen Risiko dalam Lembaga Pendidikan

Dalam konteks pendidikan abad ke-21, yang sarat tantangan dan penuh ketidakpastian, manajemen risiko menjadi komponen krusial

|
Editor: Eko Sutriyanto
dok pribadi
Odemus Bei Witono, Pemerhati Pendidikan dan Direktur Perkumpulan Strada 

Langkah selanjutnya adalah mitigasi atau penanganan risiko (risk treatment). Dalam kerangka pemikiran Merna dan Al-Thani (2011), setiap risiko yang telah dievaluasi harus diberi respons yang tepat: apakah risiko itu dapat dihindari, dikurangi, ditransfer (misalnya melalui asuransi), atau diterima sebagai bagian dari dinamika institusi. 

Misalnya, untuk mencegah risiko keamanan, sekolah dapat menyusun SOP evakuasi bencana, memasang CCTV, serta mengadakan pelatihan keamanan bagi guru dan siswa. Untuk risiko keuangan, perlu dilakukan audit internal rutin dan pelibatan komite sekolah. Penanganan yang terencana akan memperkuat akuntabilitas dan kepercayaan terhadap manajemen sekolah.

Namun manajemen risiko tidak berhenti pada implementasi solusi semata. Proses yang baik harus dilengkapi dengan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan. COSO Enterprise Risk Management Framework menegaskan bahwa risiko selalu berubah dan berkembang seiring waktu. 

Oleh karena itu, sekolah perlu membentuk sistem pemantauan adaptif, misalnya melalui pelaporan insiden rutin, evaluasi SOP, serta refleksi berkala terhadap praktik kebijakan. Sekolah yang tidak memiliki mekanisme evaluasi risiko secara reguler cenderung kehilangan daya tahan menghadapi krisis baru yang munculdari waktu ke waktu.

Di samping itu, komunikasi risiko adalah unsur yang tidak boleh diabaikan. Boehm (1991) menekankan bahwa manajemen risiko yang baik hanya dapat berhasil jika seluruh aktor dalam organisasi memahami peran mereka masing-masing. 

Dalam konteks sekolah, komunikasi ini mencakup sosialisasi kebijakan kepada guru, siswa, orang tua, dan yayasan; pelibatan aktif mereka dalam proses penyusunan kebijakan; serta keterbukaan informasi ketika risiko terjadi. Budaya sekolah yang komunikatif dan terbuka terhadap risiko akan memperkuat kohesi sosial dan mempercepat proses mitigasi saat risiko benar-benar muncul.

Lebih dari sekadar proses teknis, manajemen risiko mencerminkan budaya organisasi yang sehat dan visioner. Sekolah yang memiliki kesadaran terhadap risiko biasanya memiliki kepemimpinan yang reflektif dan berorientasi jangka panjang. 

Mereka tidak sekadar berfokus pada rutinitas administratif atau pencapaian jangka pendek, tetapi juga menyiapkan ekosistem pembelajaran yang tahan uji dan berpihak pada keselamatan serta kesejahteraan peserta didik. 

Dengan begitu, manajemen risiko menjadi bagian dari pengembangan mutu sekolah secara holistik, tidak berdiri sendiri dari upaya peningkatan akademik maupun reformasi kurikulum.

Oleh karena itu, integrasi prinsip-prinsip manajemen risiko ke dalam tata kelola sekolah bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Ini bukan urusan elite atau pimpinan sekolah saja, tetapi menjadi tanggung jawab kolektif seluruh komunitas pendidikan. 

Sekolah yang mampu mengelola risikonya dengan baik akan lebih siap menghadapi krisis, lebih adaptif dalam perubahan, dan lebih dipercaya oleh masyarakat. Dalam jangka panjang, ini menjadi pondasi bagi pembentukan sekolah sebagai institusi yang tidak hanya efektif secara administratif, tetapi juga berkarakter, tangguh, dan berkeadilan.

Pembekalan dari Perkumpulan Strada telah membuka kesadaran baru bahwa manajemen risiko merupakan bagian integral dari spiritualitas tanggung jawab dalam karya di lembaga  pendidikan. Ketika sekolah bersedia melihat risiko bukan sebagai musuh, tetapi sebagai realitas yang harus diantisipasi dan diolah bersama, maka lahirlah sebuah kematangan tata kelola, tanggap terhadap realitas, dan penuh integritas. 

Pendidikan berkelanjutan hanya mungkin tumbuh dalam organisasi yang siap menghadapi ketidakpastian dengan kepala dingin, hati jernih, dan sistem yang kokoh. Dalam semangat inilah, manajemen risiko ditempatkan sebagai elemen utama dalam kepemimpinan sekolah masa kini dan masa depan.

 

*) Perkumpulan Strada genap berusia 100 tahun tahun 2024 dan menjadi lembaga pendidikan Katolik yang berada di bawah naungan Keuskupan Agung Jakarta ini telah menorehkan sejarah panjang dalam membentuk generasi bangsa melalui pendidikan yang berkualitas, berkarakter, dan inklusif. 

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved