Blog Tribunners
Jiwa Abadi Soekarno
Jiwa Bung Karno dan semangat Sutasoma bersatu: pengorbanan demi bangsa, Bhinneka Tunggal Ika, dan makna sejati Pancasila.
Penulis:
Hasanudin Aco
Editor:
Glery Lazuardi
Bahkan dalam pengasingan, semangatnya tak pernah padam. Ia mengubah keterasingan menjadi ruang kontemplasi, mengasah kembali gagasan-gagasannya tentang Indonesia merdeka yang berdaulat.
Pengadilan demi pengadilan ia hadapi dengan tegar, menjadikan mimbar pengadilan sebagai arena untuk menyuarakan kebenaran dan menuntut kemerdekaan bangsanya. Setiap vonis pengasingan dan pemenjaraan adalah bukti pengorbanan personalnya demi cita-cita yang lebih besar.
Di hari-hari terakhirnya, Bung Karno, sang arsitek bangsa, harus menapaki via dolorosa—jalan sengsara yang penuh duri—dalam sebuah "karantina politik". Sendiri, terasing, dan sepi, terlepas dari gemuruh puja-puji yang pernah mengiringi langkahnya.
Bukanlah rahasia lagi, sebuah pengkhianatan senyap merayap, sebuah "creeping coup d'etat" yang dirancang dengan sistematis dan keji, secara perlahan namun pasti menjatuhkan sang Proklamator.
Namun, di tengah kesunyian itu, Bung Karno tetaplah sang Bapak yang mencintai seluruh rakyatnya, bahkan ketika badai pengkhianatan menerjang dari segala penjuru, dari orang-orang yang dulu setia di sekelilingnya.
Kala itu, Indonesia, ibu pertiwi yang dicintainya, berada di ambang jurang kehancuran. Badai fitnah mengganas, ancaman perang saudara menganga lebar, seolah seekor harimau lapar siap memangsa anaknya sendiri.
Dan di momen paling genting itu, dengan jiwa seorang pahlawan sejati, Bung Karno memilih jalan pengorbanan yang luhur, layaknya Sutasoma. Ia menyerahkan dirinya sendiri, rela tenggelam dalam pusaran intrik dan kekuasaan, demi satu tujuan mulia: keutuhan bangsa dan negara yang begitu dicintainya.
"Cak Ruslan, saya tahu saya akan tenggelam," ujarnya dengan ketegasan yang pilu kepada Ruslan Abdulgani, "Tetapi ikhlaskan Cak, biar saya tenggelam asalkan bangsa ini selamat, tidak terpecah belah!"
Sebuah pernyataan yang menggetarkan, mengukir abadi kebesaran jiwa seorang pemimpin yang memilih pengorbanan personal demi keselamatan jutaan anak bangsanya.
Maka Bung Karno menempuh jalan ahimsa (tanpa kekerasan), ketika drama pengalihan kekuasaan itu bahkan hanya berlangsung 2-3 babak saja. Semua berjalan begitu cepat dan rapi.
Sang Penyambung Lidah Rakyat pun akhirnya tenggelam, meskipun Orde Baru yang "menjambret" kekuasaannya tidak pernah mampu menguburkan pengaruhnya yang besar.
Jiwa Abadi Bung Karno
55 tahun yang lalu, tepatnya pada 21 Juni 1970 Presiden Sukarno meninggal dunia. Hari-hari akhir hidupnya dijalani dengan memilukan sebagai tahanan rumah di Istana Bogor dan di Wisma Yaso (kini Museum Satria Mandala), setelah ia digulingkan pada Maret 1967 dengan naiknya Jenderal Soeharto sebagai Presiden.
Bagi Bung Karno, Sutasoma adalah cermin bagi Indonesia itu sendiri. Sebuah gugusan kepulauan yang dihuni oleh ratusan suku, bahasa, dan keyakinan, yang jika dilihat dari permukaan tampak terpisah, namun di kedalaman jiwanya terikat oleh benang persatuan yang tak terlihat.
Ia memahami bahwa kekuatan Indonesia terletak pada kemampuannya merayakan perbedaan tanpa terpecah-belah, mencari titik temu di tengah segala disparitas.
Jiwa abadi Bung Karno, yang menyerap kearifan Sutasoma dan menerjemahkannya kedalam visi kebangsaan, adalah warisan yang tak ternilai.
Ia mengajarkan kita bahwa keberagaman bukanlah kutukan, melainkan anugerah yang harus dirawat. Bahwa persatuan sejati lahir dari pemahaman akan esensi yang satu di balik segala perbedaan.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sosok Figha Lesmana, Selebgram Tersangka Penghasut Aksi Anarkis, Desakan Pembebasan Bergema di IG |
![]() |
---|
HUT ke-80 PMI 2025 Tanggal 3 September atau 17 September? Ini Fakta Sejarahnya |
![]() |
---|
Bonnie Triyana Soroti Perpustakaan Bung Karno dan Bung Hatta Tak Dapat Anggaran |
![]() |
---|
Kolaborasi Lintas Instansi, Imigrasi Soetta dan Polri Perkuat Pengawasan Lewat Jaringan Interpol |
![]() |
---|
Massa Demo DPR Menutup Jalan Tol, Pengendara dari Semanggi Arah Bandara Soekarno-Hatta Putar Balik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.