Bonnie Triyana Soroti Perpustakaan Bung Karno dan Bung Hatta Tak Dapat Anggaran
Pendidikan gratis seharusnya berjalan paralel dengan penyediaan bahan bacaan yang memadai.
Penulis:
Wahyu Aji
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Bonnie Triyana, menyoroti penurunan anggaran Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi X DPR RI.
Dirinya menilai pengurangan alokasi anggaran tersebut semakin menurunkan daya literasi nasional hingga menghambat sertifikasi pustakawan, pelayanan publik, hingga upaya pelestarian naskah kuno Nusantara.
“Satu kata, prihatin. Kalau cuma dapat Rp377 miliar, dengan sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai dan operasional, paling sisa nggak sampai Rp72 miliar. Sementara beban pekerjaannya cukup serius,” ujar Bonnie ditulis Sabtu (30/8/2025).
Baca juga: Perpustakaan MPR RI Dorong Kreativitas lewat Literasi Kreatif Merajut Chunky Knit Pillow
Menurutnya, keterbatasan anggaran akan berdampak pada tidak tersertifikasinya lebih dari seribu tenaga profesional pustakawan.
Padahal, sertifikasi merupakan syarat penting dalam merawat khazanah kekayaan intelektual bangsa, termasuk buku, naskah kuno, dan koleksi langka.
Bonnie juga menyoroti ketiadaan alokasi dana untuk Perpustakaan Bung Karno dan Bung Hatta.
“Mestinya bisa melayani 1.600 orang untuk Perpustakaan Bung Karno dan 1.000 orang untuk Perpustakaan Bung Hatta, tapi ternyata nggak bisa karena nggak ada anggarannya,” ujarnya.
Legislator dari dapil Banten ini mengaitkan kondisi ini dengan putusan Mahkamah Konstitusi mengenai wajib belajar gratis 13 tahun.
Menurut Bonnie, pendidikan gratis seharusnya berjalan paralel dengan penyediaan bahan bacaan yang memadai.
“Bagaimana ini wajib belajar tetapi kalau kita lihat perpustakaannya seperti ini,” katanya.
Dalam kunjungannya ke daerah pemilihan, Bonnie menemukan perpustakaan dengan kondisi memprihatinkan.
Koleksi buku disimpan di ruangan tanpa pengaturan suhu dan jarang dilakukan fumigasi.
“Sudah pasti dalam beberapa tahun itu rusak. Arsip pun banyak yang hilang atau hancur karena kurang terawat,” ujar Bonnie.
Ia menilai keterbatasan anggaran mengganggu pelayanan publik sekaligus menghentikan produksi pengetahuan. Program alih bahasa naskah kuno Nusantara, penyediaan bahan literasi berbasis koleksi langka, hingga kajian pustaka terancam tidak terlaksana.
“Kalau idealnya sih mungkin Perpustakaan Nasional Rp1 triliun. Tetapi kalau setiap tahun makin turun, dari Rp700 miliar jadi Rp300 miliar, nanti turun lagi, ya ganti saja bukunya jadi digital, pakai HP saja. Perpustakaannya ditutup dulu sementara,” kata Bonnie.
Bonnie menegaskan bahwa tren penurunan anggaran mencerminkan kurangnya keseriusan pemerintah dalam meningkatkan literasi.
“Politik yang berpihak itu kan tercermin lewat politik penganggaran. Ketika makin turun trennya maka ini enggak serius untuk urusan perpustakaan,” katanya.
Efek Danantara, Baleg DPR: Kemungkinan Kementerian BUMN Dihapus |
![]() |
---|
Maket Ikonik Gedung Kura-kura Parlemen RI Jadi Simbol Diplomasi Kreatif Indonesia |
![]() |
---|
Tok! DPR-Pemerintah Sepakati 52 RUU Masuk Prolegnas Prioritas 2025, Perampasan Aset Tidak Masuk? |
![]() |
---|
DPR Minta Pemerintah Tambah Bansos Minyak 2 Liter, Menkeu Purbaya: Kami Sanggup |
![]() |
---|
Anggota Komisi IX DPR Usul Perlindungan Ojol Masuk RUU Transportasi Online |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.