Tribunners / Citizen Journalism
Why India Matters? Masa Depan Ekonomi Global dan Transformasi Teknologi
India telah membuktikan dirinya sebagai pusat inovasi digital. Sistem pembayaran digital UPI kini menjadi fondasi transaksi modern.
Editor:
Tiara Shelavie
Oleh: Naufal Badi Alam (Bachelor Of Commerce University of Mumbai)
TRIBUNNERS - India resmi menjadi negara terpadat di dunia pada 2023 dengan sekitar 1,43 miliar jiwa, melampaui China yang diperkirakan mencapai 1,41 miliar jiwa (United Nations DESA, 2023).
Namun, yang menarik perhatian global bukan hanya jumlah penduduknya, melainkan kecepatan transformasi ekonominya dan inovasi teknologinya yang pesat.
Menurut proyeksi IMF, pertumbuhan GDP India diperkirakan stabil di kisaran 6,8 persen per tahun, dengan potensi untuk menempatkan India di antara ekonomi terbesar dunia dalam beberapa tahun mendatang (IMF, April 2024).
India telah membuktikan dirinya sebagai pusat inovasi digital.
Sistem pembayaran digital Unified Payments Interface (UPI) kini menjadi fondasi transaksi modern dengan volume yang dilaporkan mencapai sekitar 14 miliar transaksi per bulan pada April 2024, memberikan kontribusi signifikan pada transaksi real-time global (Reserve Bank of India, 2024).
Keberhasilan UPI mendorong kemunculan ekosistem fintech yang dinamis, sehingga India kini menjadi rumah bagi sekitar 118 unicorn startup per 2024—menempati posisi ketiga secara global setelah Amerika Serikat dan China (Hurun Research, 2024)
Selain itu, platform digital seperti Skill India Digital Hub telah mengintegrasikan berbagai program pelatihan dan keahlian, memberikan akses kepada jutaan pemuda untuk meningkatkan kompetensi mereka (NSDC, 2024).
Meski masih menjadi salah satu konsumen batubara terbesar, India tengah bertransformasi menuju era energi terbarukan.
Pemerintah menargetkan pengembangan kapasitas energi terbarukan hingga 500 GW pada 2030, dengan sejumlah proyek besar di Rajasthan yang menjadi bagian dari agenda tersebut (International Solar Alliance, 2024).
Di sektor energi hijau, inovasi teknologi elektroliser dan efisiensi pembangkit surya serta angin diharapkan dapat menurunkan biaya produksi hidrogen hijau mendekati USD 1,2 per kg pada 2030.
Proyeksi IEA menyebutkan bahwa penurunan biaya ini dapat membuka peluang signifikan bagi India untuk bersaing di pasar global hydrogen (IEA, 2024).
India menikmati bonus demografi dengan sekitar 65% penduduk berusia di bawah 35 tahun—bonus yang diyakini akan bertahan hingga 2045 (Youth in India, 2024).
Proyeksi menunjukkan bahwa kelas menengah dapat tumbuh hingga mencapai 650 juta orang pada 2030, menjadikan India pasar konsumen besar setelah China (Reuters, 2024).
Di sisi lain, beberapa studi mencatat bahwa tingkat pengangguran di kalangan pemuda lulusan dapat berkisar antara 25% hingga 30%, yang menekankan pentingnya peningkatan pelatihan keterampilan dan penyesuaian kurikulum agar bonus demografi dapat dioptimalkan (ILO, 2024).
Sumber: TribunSolo.com
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
7 Negara yang Punya Jumlah Penduduk Lebih dari 200 Juta Jiwa, Indonesia Nomor Berapa? |
![]() |
---|
Setelah 17 Tahun, India Kembali Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Dunia BWF 2026 |
![]() |
---|
Trump Merasa 'Ditampar' saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan |
![]() |
---|
Trump Tolak Tawaran Manis India: Tarif Nol Persen Tak Lagi Berarti, Sudah Terlambat! |
![]() |
---|
Ketidakmampuan Penguasa Membaca 'Kode' Rakyat Secara Responsif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.