Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Kebencian SARA pada Usia Dini : Alarm Merah untuk Pendidikan Kita

Kasus ini manifestasi nyata dari benih-benih kebencian SARA yang telah menjangkiti pikiran anak-anak usia dini, bahkan berani melakukan kekerasan

Editor: Eko Sutriyanto
dok pribadi
Makmur Sianipar, Ketua Umum Perkumpulan Masyarakat Teolog Indonesia (PEMASTI), Senior Fellow Research Institute for Ethical Business and Political Leadership Development (Rebuild) 

Oleh :  Makmur Sianipar,  Ketua Umum Perkumpulan Masyarakat Teolog Indonesia (PEMASTI),  Senior Fellow  Research Institute  for Ethical Business and Political Leadership Development (Rebuild)

 

TRIBUNNERS - Tragedi yang terjadi di Indragiri Hulu, Riau, di mana seorang anak kelas 2 SD meninggal dunia setelah diduga menjadi korban bullying bermotif SARA oleh lima kakak kelasnya, merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan dan masyarakat Indonesia.

Ironis dan memilukan, sebab kebencian yang biasanya diasosiasikan dengan kelompok dewasa kini telah menjangkiti usia yang bahkan belum baligh secara psikologis dan sosial. 

Peristiwa di Indragiri Hulu merupakan alarm merah untuk pendidikan kita. Kasus ini merupakan  manifestasi nyata dari benih-benih kebencian SARA yang telah menjangkiti pikiran anak-anak usia dini, bahkan hingga berani melakukan tindakan kekerasan.

Sebuah paradoks memilukan di tengah upaya kita membangun masyarakat yang harmonis dan toleran.  Jauh sebelumnya, beberapa  tahun yang lalu,   beredar video yang menunjukkan bagaimana ajaran kebencian disisipkan dalam  pendidikan usia dini.

Namun, publik tidak  mendengar  respons atau tindakan konkret dari pemerintah terhadap sekolah  yang menyebarkan ajaran berbahaya ini.

Baca juga: Siswi SMP di Cirebon Jadi Korban Bullying, Orang Tua Korban Minta Pelaku Dikeluarkan dari Sekolah

Cermin Retak Perilaku Kebencian

Dalam perspektif   Social Learning Theory  Albert Bandura (1977),   sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam konteks sosial melalui pengamatan, imitasi, dan pemodelan.

Artinya, anak-anak tidak hanya belajar dari pengalaman langsung mereka, tetapi juga dari mengamati perilaku orang lain.  Anak-anak mengamati perilaku orang dewasa atau figur otoritatif di sekitar mereka,  baik di rumah, sekolah, maupun media,  lalu menirunya, terutama jika perilaku itu tidak mendapat sanksi atau bahkan diberi ganjaran. 

Dalam konteks kasus Indragiri Hulu,  perilaku kebencian SARA yang  "menjangkiti" anak-anak  ini  mungkin terjadi   karena  mengamati atau terekspos pada perilaku dan narasi yang bias atau diskriminatif dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan ini bisa berupa lingkungan  keluarga,  sekolah, dan lingkungan sosial  yang lebih luas. 

Dalam lingkungan keluarga,  orang tua adalah figur pertama yang membentuk pandangan dunia anak. Jika orang tua menunjukkan atau mengajarkan sikap diskriminatif berdasarkan SARA, baik secara verbal maupun non-verbal, anak-anak akan menyerapnya.

Dalam kasus ini, penting untuk menelusuri apakah orang tua pelaku memiliki pandangan atau ajaran yang bias secara rasial yang kemudian ditularkan kepada anak-anak mereka.

Demikian halnya  dengan  lingkungan sekolah.  Sekolah seharusnya menjadi benteng toleransi dan keragaman. Namun, jika ada guru atau staf pengajar yang secara sengaja atau tidak sengaja menyisipkan ajaran kebencian SARA, atau jika lingkungan sekolah gagal menangani insiden diskriminasi, maka sekolah justru menjadi sarana transmisi kebencian. 

Lebih jauh, jika di sekolah terdapat pembiaran terhadap praktik-praktik diskriminatif atau perundungan yang berdasar SARA, hal itu akan dipersepsikan oleh anak-anak sebagai sesuatu yang "normal" atau "dapat diterima".

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan