Tribunners / Citizen Journalism
Kebencian SARA pada Usia Dini : Alarm Merah untuk Pendidikan Kita
Kasus ini manifestasi nyata dari benih-benih kebencian SARA yang telah menjangkiti pikiran anak-anak usia dini, bahkan berani melakukan kekerasan
Dalam lingkungan sosial yang lebih luas, paparan terhadap ujaran kebencian di media sosial, lingkungan tetangga, atau bahkan ceramah atau konten keagamaan yang ekstrim juga dapat memengaruhi cara anak-anak memahami dan merespons perbedaan.
Yang sangat mengkhawatirkan adalah apabila tindakan kekerasan anak-anak ini tidak hanya meniru perilaku agresif, tetapi juga telah menyerap narasi kebencian berbasis identitas dari lingkungan sosialnya.
Apakah itu dari keluarga, sekolah, media sosial, atau kombinasi dari semuanya. Ketika kebencian SARA menjadi bagian dari model perilaku yang mereka amati, maka bukan hal yang mustahil bagi mereka untuk reproduksinya, bahkan dalam bentuk kekerasan fisik.
Teori Bandura mengingatkan kita bahwa kekerasan tidak terjadi dalam ruang hampa. Ia dipelajari, diulang, dan diwariskan.
Audit Menyeluruh dan Tanggung Jawab Kolektif
Peristiwa di Indragiri Hulu ini harus menjadi momentum bagi pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Kementerian Agama, untuk melakukan audit menyeluruh terhadap lembaga pendidikan di semua tingkatan. Audit ini bukan hanya untuk memeriksa kurikulum formal, melainkan juga praktik-praktik pengajaran yang tersembunyi (hidden curriculum), interaksi antar siswa, serta cara penanganan konflik dan perbedaan di sekolah.
Pemerintah perlu memastikan bahwa tidak ada satu pun institusi pendidikan yang mengajarkan atau membiarkan praktik kebencian SARA, baik secara eksplisit maupun implisit. Sanksi tegas harus diberikan kepada sekolah-sekolah yang terbukti melanggar prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Selain itu, kasus ini juga menuntut pertanggungjawaban yang lebih luas. Sekolah dan guru harus diperiksa, terutama karena laporan orang tua korban kepada wali kelas dan kepala sekolah tidak ditindaklanjuti.
Peran orang tua pelaku juga tidak bisa diabaikan. Penting untuk menelusuri apakah ajaran kebencian rasial telah menyusupi lingkungan keluarga mereka.
Tidak dalam semangat mencari kambing hitam, tetapi untuk memutus rantai transmisi kebencian. Jika ditemukan bahwa ada pengaruh ideologi intoleran atau narasi eksklusif di dalam keluarga, maka intervensi sosial dan edukatif harus diberikan.
Pemerintah daerah juga harus memastikan bahwa setiap laporan kekerasan, sekecil apa pun, tidak diabaikan. Dalam kasus ini, kelambanan pihak sekolah merupakan bentuk kelalaian institusional yang fatal.
Jangan Biarkan Anak Belajar Membenci
Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, keberagaman adalah fakta sosial yang tidak bisa disangkal. Namun jika keberagaman tidak diiringi dengan sistem nilai yang menghargai perbedaan, maka ia menjadi sumber konflik.
Tragedi ini adalah peringatan bahwa pendidikan nilai, terutama nilai toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan, bukanlah pelengkap, tetapi inti dari proses pendidikan nasional.
Mencegah penularan kebencian SARA pada anak usia dini adalah investasi krusial bagi masa depan bangsa. Jika kita membiarkan benih-benih kebencian ini tumbuh subur di benak anak-anak, maka kita tengah membangun fondasi masyarakat yang rapuh, penuh konflik, dan jauh dari cita-cita persatuan.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Wakapolres Cilacap Ungkap Kondisi 2 Tersangka Perundungan Siswa SMP |
![]() |
---|
Korban Bullying di SMPN 2 Cilacap Alami Patah Tulang Rusuk |
![]() |
---|
Korban Perundungan di Cilacap Alami Patah Tulang Rusuk, Kini Jalani Operasi dan Dirawat Intensif |
![]() |
---|
Korban Perundungan Siswa SMP di Cilacap Alami Patah Tulang Rusuk hingga Abses Urat Syaraf Leher |
![]() |
---|
Siswa SMP di Cilacap yang Alami Bullying Kini Dadanya Sesak, Pelaku Terancam 3 Tahun Penjara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.