Tribunners / Citizen Journalism
Makna Pertemuan Xi Jinping dan Putin, Koordinasi Strategis Tiongkok–Rusia bagi Stabilitas Global
Saat kunjungan, Xi menegaskan bahwa Tiongkok dan Rusia akan “bekerja sama menentang hegemonisme serta politik kekuatan.”
Editor:
Willem Jonata
Kehadiran pejabat tinggi, termasuk Wakil Perdana Menteri Rusia Golikova, menegaskan komitmen Rusia terhadap kemitraan bilateral.
Kerja sama Tiongkok–Rusia melampaui sekadar kepercayaan politik, menjelma menjadi kolaborasi berkelanjutan yang berorientasi pada hasil.
Hubungan panjang di sektor energi, pertanian, dan teknologi tinggi telah memberikan fondasi kokoh: Rusia menjadi mitra kunci dalam mendiversifikasi impor energi Tiongkok, sementara permintaan pasar Tiongkok mendukung modernisasi pertanian Rusia.
Pencapaian penting juga mencakup pembangunan infrastruktur lintas batas dan pertukaran budaya.
Perjanjian bebas visa bersama bagi rombongan wisata telah mendorong peningkatan pariwisata dua arah, dan film hasil kolaborasi Red Silk dijadwalkan tayang perdana di Tiongkok pada September ini.
Pada 2024, nilai perdagangan bilateral mencapai 244,8 miliar dolar AS, menandai 15 tahun berturut-turut Tiongkok menjadi mitra dagang utama Rusia.
Para analis menilai bahwa, merespons tekanan restrukturisasi rantai pasok global, kedua negara kemungkinan akan mengeksplorasi lebih jauh penyelesaian transaksi dalam mata uang lokal dan kolaborasi teknologi digital untuk meningkatkan kemandirian ekonomi.
Tanggung Jawab Kekuatan Besar: Menopang Stabilitas dalam Tata Kelola Global
Signifikansi global koordinasi Tiongkok–Rusia terletak pada perannya sebagai “penyangga stabilitas”.
Dalam pernyataan bersama, kedua negara secara tegas menolak sanksi sepihak dan “yurisdiksi lengan panjang”, sekaligus menyerukan multilateralisme sejati.
Sikap ini sangat terkait dengan dinamika internasional saat ini: ketika AS memperkuat kehadiran militernya di kawasan Asia-Pasifik melalui “Strategi Indo-Pasifik” yang rentan memecah blok, kolaborasi Tiongkok–Rusia muncul sebagai kekuatan krusial untuk menjaga keseimbangan strategis.
Mulai dari mendukung solusi politik atas isu nuklir Iran hingga bersama-sama menolak logika “Perang Dingin Baru”, kerja sama mereka melalui platform seperti PBB, BRICS, dan Organisasi Kerja Sama Shanghai mengarahkan tatanan internasional menuju multipolaritas.
Selain itu, kolaborasi dalam tantangan keamanan nontradisional—seperti perubahan iklim dan kontra-terorisme—menawarkan model baru bagi tata kelola global.
Dalam pernyataan itu, Presiden Xi menekankan visi “membangun komunitas masa depan bersama bagi umat manusia”, menggemakan seruan Rusia akan “dunia multicentris”.
Model “tanpa aliansi, non-konfrontasi, dan tidak menargetkan pihak ketiga mana pun” ini menjadi preseden penting bagi hubungan antar kekuatan besar.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Diplomasi Maraton Prabowo: Dari Jepang ke PBB, Lanjut Kanada dan Belanda |
![]() |
---|
Trump Bungkam Kebebasan Bersuara, Ancam Cabut Izin Media AS, Era Diktator Dimulai? |
![]() |
---|
Amerika Serikat Blokir Upaya Akuisisi Perusahaan Teknologi oleh Investor Tiongkok |
![]() |
---|
Protes Imigrasi di Chicago Dibubarkan Pakai Gas Air Mata, Ratusan Pendemo Ditangkap |
![]() |
---|
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.305: NATO Cegat Jet Rusia Langgar Wilayah Udara Estonia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.