Tribunners / Citizen Journalism
Global Views
Melihat Laga China-Rusia versus Amerika-Eropa di Benua Afrika
Penguasa Burkina, Niger, dan Mali mendepak pasukan Prancis dari negara-negara itu, yang kehadirannya dianggap menimbulkan konflik tak berkesudahan.
Editor:
Setya Krisna Sumarga
Beijing melatih pegawai negeri sipil Afrika dan berbagi keahlian dengan mereka, serta dari beberapa inisiatif yang diumumkan pada pertemuan puncak tersebut, termasuk kerja sama militer-teknis.
China siap memberi pelatihan perwira militer, upaya pembersihan ranjau darat, dan menyediakan lebih dari $ 100 juta untuk mendukung angkatan bersenjata negara-negara Afrika.
Namun, di arena politik, Beijing terlihat melangkah sangat hati-hati. Inisiatif yang disebutkan di atas harus dilihat sebagai upaya tentatif pertama daripada strategi sistematis.
Meskipun Tiongkok berusaha menghindari konfrontasi politik dengan barat di Afrika dan bahkan bekerja sama erat dengannya dalam isu-isu tertentu, hal itu menjadi semakin sulit dilakukan.
Washington bertekad untuk menjalankan kebijakan konfrontasi dengan Beijing di Afrika, hal ini terbukti dari retorika AS dan dokumen-dokumen strategisnya.
Perpisahan Tiongkok dan barat hampir tidak dapat dihindari, jika Beijing melangkah sendiri dan mengabaikan posisi barat.
Artinya, perusahaan-perusahaan Tiongkok dapat kehilangan kontrak dengan perusahaan-perusahaan barat, dan tidak akan memiliki akses ke infrastruktur transportasi dan logistik.
Akibatnya, Tiongkok perlu mengembangkan pendekatan komprehensifnya sendiri terhadap Afrika, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan pusat-pusat kekuatan global lainnya.
Pertanda penting meningkatnya konfrontasi antara AS dan Tiongkok di Afrika adalah penandatanganan nota kesepahaman trilateral antara Tiongkok, Tanzania, dan Zambia.
Ketiganya sepakat terlibat proyek rekonstruksi Jalur Kereta Api Tanzania-Zambia (TAZARA), yang awalnya dibangun oleh Tiongkok pada tahun 1970-an.
Jika jalur tersebut akan diperluas, dialiri listrik, dan dimodernisasi, dan TAZARA berpotensi menjadi alternatif yang layak bagi salah satu proyek investasi utama AS di kawasan tersebut: Koridor Lobito.
Perbaikan infrastruktur ini akan meningkatkan daya dukung logistik guna mengekspor mineral penting tembaga dan kobalt dari Republik Demokratik Kongo dan Zambia.
Material akan diangkut lewat jalur kereta api yang sudah diperbaiki dari Republik Demokratik Kongo ke pelabuhan Lobito di Angola.
Di wilayah pedalaman seperti Kongo Timur, infrastruktur transportasi memainkan peran penting dalam proses ekstraksi mineral.
Mengingat minimnya jaringan rel dan jalan di kawasan tersebut, satu jalur kereta api non-listrik yang menuju ke pelabuhan di Samudra Atlantik atau Samudra Hindia dapat secara signifikan meningkatkan operasi sektor pertambangan dan secara permanen menghubungkan wilayah ekstraksi dan pemrosesan ke pasar tertentu.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.