Tribunners / Citizen Journalism
Amerika Serikat dalam Pusaran Konflik Tak Berkesudahan di Dunia
AS kini ibarat manusia yang sedang tenggelam di lautan. Tangannya seperti menggapai apa saja menciptakan kekacauan di dunia.
Majelis Umum PBB secara tegas dan jelas menyatakan posisi masyarakat dunia. Sebanyak 121 anggota menyokong resolusi damai, dan hanya 14 yang menentang.
Dalam tahap ini, seperti bisa diketahui publik, Sekjen PBB justru jadi sasaran serangan, penganiayaan nyata, dan upaya untuk mendiskreditkannya.
Israel menuntut Sekjen PBB meletakkan jabatan karena dianggap mendukung Hamas.
AS sesungguhnya sudah terlampau jauh menyalahgunakan demokrasi, isu HAM, tata ekonomi global, dan situasi dunia yang sulit sekarang ini, untuk mempertahankan superioritasnya.

Sementara, tak banyak yang mengetahui betapa sesungguhnya sedang terjadi kemerosotan luar biasa di perekonomian AS.
Mimpi Amerika yang kerap jadi dambaan setiap orang, tidak seindah yang dibayangkan. Ada begitu banyak gambar dan video yang memperlihatkan kemerosotan ekonomi, politik, sosial, moral, budaya, di AS.
Demokrasi ala AS melahirkan begitu banyak kematian manusia tak bersalah, akibat kebebasan memiliki senjata api.
Peredaran dan konsumsi aneka narkoba menciptakan manusia-manusia seperti zombie atau mayat hidup di tepi-tepi jalan kota besar di negara itu. Satu di antaranya bisa dilihat secara telanjang di Kensington Avenue, Philadelphia.
Di Suriah, militer AS hadir secara illegal di bagian utara negara yang kaya minyak itu. Begitu pula di Irak utara, sejumlah negara Afrika, serta pangkalan-pangkalan mereka di Eropa barat, utara, Asia dan Pasifik.
Di Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, militer AS juga ditempatkan dalam jumlah besar berikut mesin-mesin perangnya dari Armada VII Pasifik.
Kembalinya Rusia sebagai kekuatan global, serta Tiongkok yang sukses membangun diri dan tampil sebagai kekuatan terbesar kedua di dunia, mulai mengubah peta politik internasional.
Kedua negara ini memiliki ciri, karakter, dan gaya yang berseberangan dengan AS. Kecuali Rusia yang beberapa kali menggunakan kekuatan militer untuk keperluan domestik regional, China sama sekali berbeda.
Beijing menggunakan pendekatan pembangunan ekonomi, sekaligus menaikkan pengaruh dan kekuatannya di bidang teknologi militer.
Proyek-proyek strategis China di Timur Tengah, benua Afrika, dan sebagian Asia, memiliki dampak signifikan menaikkan kemampuan negara-negara yang diajak kerjasama.

Ini sangat berbeda dengan apa yang selama berpuluh tahun dilakukan AS dan sekutu baratnya di berbagai benua. Sangat eksploitatif, menekan dan mengintimidasi, melahirkan imperialism dalam bentuk dan wajah baru.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
konflik Palestina-Israel
Perang Israel Vs Hamas
Serangan Israel ke Jalur Gaza
Amerika Serikat
konflik AS-China
Amerika Serikat Blokir Upaya Akuisisi Perusahaan Teknologi oleh Investor Tiongkok |
![]() |
---|
Protes Imigrasi di Chicago Dibubarkan Pakai Gas Air Mata, Ratusan Pendemo Ditangkap |
![]() |
---|
Donald Trump dan Xi Jinping Berbicara via Telepon, TikTok dan Perdagangan Jadi Topik Utama |
![]() |
---|
Presiden Prabowo akan Singgah di Osaka Jepang Sebelum ke Amerika Serikat |
![]() |
---|
Prabowo Pertama Kali ke Sidang Umum PBB, Indonesia Punya Suara di Forum Dunia? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.