Sabtu, 4 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Squid Game dan Percaturan Kehidupan

Drakor “Squid Game” masih ramah dibicarakan, bahkan menjadi trending topic kembali hari-hari ini.

dok.
Di Store IUIGA, perayaan Halloween ditandai dengan penampilan staf toko dengan kostum Squid Game. 

Peserta harus jadi ‘patung’ meskipun dengan jantung berdentuman dan keringat dingin bercucuran, karena siapa yang gagal mematung, timah panas akan menembus kepala atau jantung.

Baca juga: KemenPUPR Bakal Bangun Jembatan Gantung Kaca Pertama di Indonesia, Desain Mirip di Squid Game

Dibunuh atau membunuh

Dari 456 peserta hanya ada satu pemenang. Akibatnya?  The survival for the fittest yang diinisiasi oleh filsuf Inggris Herbert Spencer dan dipopulerkan oleh Charles Darwin mengajarkan kepada kita bahwa makhluk yang paling bisa beradaptasilah yang tetap eksis dan memenangkan pertandingan kehidupan.

Dalam pertarungan itu, bisa dan biasa terjadi siapa yang kuat membunuh yang lemah.

Dibunuh atau dibunuh, dimakan atau memakan menjadi suatu keniscayaan.

Saat bersama keluarga saya jalan-jalan ke Darwin Walk di musim gugur, saya merenungkan berapa banyak di antara kita yang gugur karena ‘dibunuh’ oleh sesama yang lebih berkuasa di segala bidang? Kita butuh pemimpin yang arif agar kita tidak punah.

Di zaman sistem kerajaan mendominasi bumi, dikisahkan dua orang perempuan menghadap raja.

Saat raja bertanya, “Ada apa?” seorang perempuan mengadu: “Perempuan ini berkata kepadaku: Berilah anakmu laki-laki, supaya kita makan dia pada hari ini, dan besok akan kita makan anakku laki-laki. Jadi kami memasak anakku dan memakan dia. Tetapi ketika aku berkata kepadanya pada hari berikutnya: Berilah anakmu, supaya kita makan dia, maka perempuan ini menyembunyikan anaknya."

Jika ada pepatah yang mengatakan harimau pun tidak akan memakan anaknya sendiri, di tengah kelaparan yang hebat, belas kasihan dan nurani sudah habis terbabat.

Di zaman modern kisah sesama penumpang pesawat yang jatuh dan selamat di hamparan es yang mahaluas jijik atau tidak, memakan bangkai teman seperjalanan, bahkan ada yang melakukan undian untuk menentukan siapa yang berhak untuk makan.

Hari-hari ini jagad maya diramailan oleh video viral cekcok di bandara yang—untungnya—berakhir damai.

Kehidupan berpolitik pun idem dito. Untuk bisa menjadi pejabat di Indonesia, permainan ala “Squid Game” terjadi. Untuk mendirikan partai baru misalnya, persyaratan yang harus dipenuhi benar-benar menguras otak, otot, sekaligus dompet. Aman? Belum! Ancaman parliamentary threshold siap menerkam. Kalau ambang batas parlemen tidak terlewati, kita menjadi partai gurem yang mau tidak  mau, harus ‘mingkem’ (Jawa= bungkam). Dari dulu sampai sekarang, cara pembungkaman ini biasa dilakukan untuk lobi politik maupun negosiasi bisnis. Cara yang sangat akrab di telinga kita adalah dengan mengajaknya ‘makan bersama’, meskipun ujung-ujungnya kita tahu ‘there’s no such thing as a free lunch (diner?)’.

Dalgona dengan dua muka

Wajah kita bak ditampar saat menyaksikan permainan ini yang disebut Dalgona Candy. Di dalam permainan ini setiap peserta diminta untuk berdiri di belakang gambar segitiga, payung, bintang, dan lingkaran. Tanpa diduga, ternyata gambar yang mereka pilih menentukan hidup matinya mereka. Peserta dibekali jarum untuk ‘mengukir’ atau ‘memotong’ gulali itu sesuai polanya. Tentu saja yang paling sulit adalah gambar payung. Ternyata di menit terakhir, peserta bernomor 456 yang ‘apes’ karena memilih payung yang tentu saja sukar untuk dipotong, bisa memenangkan pertandingan dengan membalik sugar honeycomb itu dan menjilatnya.

Di dalam hidup ini, banyak kita jumpai orang yang terpaksa harus menjilat atasan agar bisa bertahan atau dipromosikan. Saya lebih senang memakai teori kodok, yaitu menjilat atasan, menyingkirkan yang selevel dan menginjak bawahan. Dalam salah satu permainan di Squid Game yang disebut ‘Glass Stepping Stone’, para preman memakai wong cilik untuk pijakan untuk melompat maju. Selalu berhasil? Tidak juga! Alam cukup adil! Bisa saja orang yang berhasil melompat itu justru terjerembab ke bawah karena pijakan berikutnya adalah kaca yang rapuh.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved