Tribunners / Citizen Journalism
Squid Game dan Percaturan Kehidupan
Drakor “Squid Game” masih ramah dibicarakan, bahkan menjadi trending topic kembali hari-hari ini.
Oleh: Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa
TRIBUNNEWS.COM - Sampai saya menulis kolom ini, drakor “Squid Game” masih ramah dibicarakan, bahkan menjadi trending topic kembali hari-hari ini.
Pasalnya, seorang YouTuber kondang MrBeast menghabiskan dana Rp 50 miliar untuk mewujudkan permainan di layar kaca itu menjadi nyata.
MrBeast, seperti di versi aslinya, mengundang 456 peserta untuk bergabung hanya seleksinya bukan lewat permainan Ddakji, melainkan melalui TikTok.
Hadiah yang disediakan sebesar USD 456 ribu (Rp 6,512 milyar).
Baca juga: Siswa Korea Utara Dijatuhi Hukuman Mati setelah Ketahuan Menonton dan Membagikan Drama Squid Game
Jimmy Donaldson, pemilik akun MrBeast tidak main-main. Dia membangun venue permainan itu dengan skala asli lengkap dengan para penjaga berseragam merah muda.
Agar profesional, Donaldson mengajak kerjasama Brawls Stars yang sangat berpengalaman dalam game online.
Tentu saja, versinya tidak seseram aslinya karena peserta yang tereliminasi tidak dibunuh secara brutal melainkan tersingkir saat cairan di pakaian mereka ‘meledak’, persis seperti paintball.
Apa yang membuat Squid Game—diklaim ditonton lebih dari 111 juta keluarga di seluruh dunia—bisa sesukses itu? Karena kisah para pemainnya di dunia nyata merepresentasikan kehidupan sehari-hari kita. Homo homini lupus—manusia adalah serigala bagi sesamanya—bukan isapan jempol Thomas Hobbes belaka. Kita menyaksikannya di sekitar kita.
Kemarin kita memperingati Hari Guru Nasional. Pelajaran apa yang bisa kita petik dari drama seri Korsel yang dilarang di Korut ini?
Kita dilahirkan sebagai pemenang
Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa eksistensi kita di muka bumi ini sudah merupakan perjuangan ratusan juta sel sperma untuk membuahi sel telur.
Biasanya hanya satu yang berhasil dan lahirlah kita. Sisanya? Tersingkir! Di dalam drama seri “Squid Game” peraturan untuk menjadi pemenang diawali sejak episode pertama dengan sangat brutal.
Permainan ini yang disebut Lampu Merah Hijau ini mirip dengan patung-patungan di Indonesia.
Hijau berarti terus, merah berarti berhenti. Jika ada gerakan sedikit saja yang mengindikasikan kecurangan, kita akan tereliminasi (baca: diberondong pakai senapan mesin).
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.