Minggu, 5 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Virus Corona

Hidupkan Suluh Pancasila dan Gagasan Bung Karno dalam Gotong Royong Penanganan Covid-19

Tidak ada salahnya kita sejenak berhenti untuk mengingat-ingat apa saja refleksi Pancasila juga gagasan Bung Karno untuk hari-hari kita sekarang.

Istimewa
Arya Sandhiyudha, Ph.D 

Pesan lain ketika Bung Karno memeras dua sila berikutnya adalah sosio-demokrasi yang di dalamnya mengandung kesadaran memikirkan kesejahteraan. "....demokrasi dengan kesejahteraan, saya peraskan pula menjadi satu: Inilah yang dulu saya namakan socio-democratie." Maka semangat ini berarti pesan reflektif bahwa penanganan COVID-19 tetap harus dijalankan dengan kaidah-kaidah demokrasi.

Optimalisasi peran aktor utama keamanan nasional seperti TNİ-POLRİ-BİN terbukti sangat berguna dan dibutuhkan. Selain untuk memastikan ketertiban sosial, namun juga dalam situasi darurat dan seluruh sumber daya tentu perlu habis-habisan difokuskan untuk penanganan COVID-19.

Dalam kondisi darurat menghadapi ancaman keamanan non-tradisional seperti pandemi COVİD-19 ini, tentu instrumen sipil non-keamanan saja tidak akan cukup.

Meski demikian, perlu juga terjadinya konflik sosial di negara lain dijadikan pelajaran agar kita tidak masuk ke jebakan penggunaan instrumen aktor utama keamanan nasional hanya untuk fungsi represif, sampai akhirnya terjebak menggunakan kekuatan secara berlebihan (excessive use of force) yang terbukti dalam praktiknya di negara lain, seperti India misalnya, justru melahirkan permasalahan baru yang kontra produktif dengan tujuan utama penyelamatan warga dari COVİD-19.

Sosio-demokrasi juga mengandung pesan politik-kesejahteraan, dalam keterbatasan kapasitas negara memenuhi semua kebutuhan pokok warganya, selain dibutuhkan prioritas penyelamatan untuk kelompok ekonomi rentan terdampak berupa Social Safety Net, juga dibutuhkan gotong-royong semua pihak untuk menghadirkan kesetiakawanan sosial, seperti gerakan saling membeli dagangan tetangga dan sahabatnya, dan ragam bentuk lainnya.

Kesadaran kolektif ini sangat diperlukan karena pasti dalam menghadapi pandemi COVİD-19 ini berdampak pada kondisi kesejahteraan karena aktivitas ekonomi yang bertumpu pada mobilitas sosial dan pertemuan sosial musti dibatasi dalam situasi darurat ini.

Ketiga, Suluh Pancasila terkait sila Ketuhanan juga punya sisi terapan yang mendorong keyakinan keagamaan yang scientific sebagai solusi dalam menghadapi permasalahan sosial.

Dalam kondisi sekarang sangat dibutuhkan kebersamaan seluruh umat berbasis keyakinan keagamaan apapun untuk saling kontribusi positif dalam situasi sekarang.

Kita bisa mengambil pelajaran di awal melambungnya kasus di İran, disebabkan karena ada mobilisasi masyarakat ke pusat-pusat relijiusitas İran, tanpa menghiraukan protokol kesehatan.

Begitupun di Korea Selatan beberapa kluster penyebaran berasal dari Gereja. Sementara, tidak ada salahnya kalau kita juga mengambil inspirasi dari Jerman, beberapa Gereja di sana yang dibuka untuk Muslim yang hendak melaksanakan Salat untuk membantu Masjid di dekatnya yang tidak cukup menampung, karena jama'ahnya musti mematuhi protokol physical distancing sehingga membutuhkan kapasitas dua kali lipat dari biasanya.

Praktik-praktik seperti ini yang sejatinya juga setarikan nafas dengan Suluh Pancasila kita dan akan terus mematahkan pihak-pihak yang menginginkan "Benturan Peradaban" (Clash of Civilization) terjadi.

Suluh Pancasila terkait Ketuhanan dalam masa Pandemi ini juga musti dijelaskan ke masyarakat tidak terkait dengan phobia.

Bahkan Vatikan juga menutup Gereja-gereja di Roma, Betlehem di Jerusalem ditutup juga. Jadi protokol kesehatan menghadapi Pandemi COVİD-19 tentu bukan untuk phobia terhadap umat dengan keyakinan keagamaan manapun.

Kebijakan penutupan Masjid atau penerapan protokol yang lebih ketat pun, bukan hanya di Indonesia, namun di Saudi Arabia, Mesir, Turki, dan Malaysia juga. Namun tentu ini hanya selama darurat COVİD-19. Suluh Pancasila selaras dengan semangat agama yang mengajarkan untuk mencegah yang berbahaya dan membahayakan.

Keempat, gagasan Bung Karno untuk berdikari secara domestik, sekaligus mendorong hadirnya kerjasama global (Global Partnership) dan memprioritaskan perdamaian.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved