Tribunners / Citizen Journalism
Virus Corona
Hidupkan Suluh Pancasila dan Gagasan Bung Karno dalam Gotong Royong Penanganan Covid-19
Tidak ada salahnya kita sejenak berhenti untuk mengingat-ingat apa saja refleksi Pancasila juga gagasan Bung Karno untuk hari-hari kita sekarang.
Oleh: Arya Sandhiyudha, Ph.D
Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI)
TRIBUNNERS - Bulan Juni dipenuhi dengan hari-hari penting dalam sejarah. Di antaranya ada hari lahir Pancasila yang ditandai dengan Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945, terlepas dari kontroversi pro-kontranya.
Kemudian pemidato nya sendiri, Bung Karno menandai awal dan akhir hidupnya di bulan ini, 6 Juni 1901 Bung Karno lahir kemudian 21 Juni 1970 Bung Karno wafat.

Maka dari itu tidak ada salahnya kita sejenak berhenti untuk mengingat-ingat apa saja refleksi Pancasila juga gagasan Bung Karno untuk hari-hari kita sekarang.
Baca: Badai Corona Hantam Banyak Sektor Industri, OJK Sebut Permodalan Bank Masih Memadai
Terutama sekali, dalam masa prihatin bangsa dan dunia dalam menghadapi pandemi global COVİD-19. Tentu saja tulisan ini penggalian yang sangat subjektif, karena memang Pancasila dan juga gagasan Bung Karno adalah lahan terbuka yang bebas untuk dialektika siapapun, terlebih anak bangsa.
Dalam uraian ini, setidaknya kalau kita merefleksi suluh Pancasila dan gagasan Bung Karno, ada lima pendekatan utama dalam gotong royong penanganan COVİD-19.
Baca: Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Langgar Perbatasan, demi Cegah Penyebaran Corona
Pertama, suluh "Pancasila" sejatinya memiliki karakter terapan dalam kehidupan sosial berbangsa.
Misalnya, ketika Bung Karno mengatakan dalam pidato nya bahwa: “Dasar-dasar Negara” telah saya usulkan. Lima bilangannya.... Saya boleh peras, sehingga tinggal tiga saja..." Bung Karno memerasnya menjadi dua sila berkarakter sosial dan satu sila berkarakter ketuhanan.
Kata Bung Karno "....kebangsaan dan internasionalisme, kebangsaan dan peri-kemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalisme."
Kini, refleksi sosio-nasionalisme itu dibutuhkan untuk menyingkirkan partisanship, kepartaian, kesukuan, serta penggolongan- penggolongan yang lebih kecil dari kebangsaan untuk sama-sama menghadapi COVİD-19 yang sama-sekali tidak memilih siapa "korban"nya. Maka, sebagai anak bangsa, kita musti menghadapinya secara solid sebagai satu bangsa.
Baca: Presiden Perintahkan Prioritas Program Strategis Nasional untuk Pulihkan Ekonomi Akibat Corona
Sebagaimana juga pesan penggalan lain dari Pidato Bung Karno, 1 Juni 1945 tentang Pancasila, "kita mendirikan negara, semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu".
İni pesan bahwa negara musti all-out untuk menghadirkan dukungan terbaik bagi keselamatan semua warga, baik dalam bentuk komunikasi publik, transparansi dan edukasi protokol untuk semua sektor (publik, privat, dan sipil).
Dalam waktu yang bersamaan, masyarakat musti bersatu menghadapi wabah ini dengan penuh kewaspadaan dan kedisiplinan sesuai dengan protokol yang telah ditetapkan demi kemaslahatan bersama semua warga lainnya.
Dalam praktiknya di dunia, ada negara seperti İtalia yang sempat sangat melambung kasusnya karena meski Pemerintah menerbitkan kebijakan strict containment berupa total lockdown namun tidak dihiraukan sebagian masyarakatnya.
Kedua, suluh Pancasila itu juga mengandung pesan terapan dalam sosial-ekonomi kesejahteraan rakyatnya.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.