Tribunners / Citizen Journalism
Esports Buka Peluang Gamers Punya Ladang Mata Pencaharian
Zaman terus berubah, secara otomatis juga menggiring masyarakat berkembang untuk mengikutinya.
Siaran Pers Ultimo Hombre
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Zaman terus berubah, secara otomatis juga menggiring masyarakat berkembang untuk mengikutinya.
Hal ini terbukti dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, hingga mampu mengubah kebiasaan kita dalam menjalani hidup.
Coba bayangkan 5 tahun lalu, siapa yang menyangka apabila bermain game online dapat menjadi sebuah profesi. Ya, kini profesi gamer profesional sudah resmi ada dengan bayaran selangit. Tak berhenti hanya di sana, game online pun sudah menjadi sebuah olahraga, atau sekarang sering disebut esports.
Baca: Tiket Pesawat Picu Inflasi di Provinsi NTT
Esports hadir sebagai wadah bagi pemain kompetitif, pemain profesional, hingga atlet sekalipun.
Maraknya animo penduduk dunia dan di Indonesia yang menjadi pemain esports sudah terbukti dari besaran angka. Contohnya pada tahun 2017, Indonesia memiliki 43,7 juta pemain esports yang menghabiskan Rp 11 miliar untuk bermain game.
Baca: Zumi Zola Belum Akan Disidangkan, Ini Alasan KPK
Angka ini menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke 16 sebagai negara dengan pendapatan dari game terbesar di dunia.
Sungguh angka yang fantastis mengingat tren ini umurnya belum terlalu lama. Untuk menghimpun para pemain dan atlet esports di Indonesia, dibentuklah organisasi IeSPA (Indonesia eSports Association) yang saat ini masih berada di bawah naungan organisasi FORMI (Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia).
Terus berkembangnya esports menjadikan panitia Asian Games 2018 memasukkan esports sebagai bagian dari eksibisi dan pada Asian Games 2022 akan resmi dipertandingkan sebagai salah satu cabang olahraga.
Game yang dipertandingkan juga bermacam-macam seperti League of Legends, Age of Valor, Fifa, CS:GO, Player Unknown Battleground, Dota 2, hingga Mobile Legends.
Tentu semuanya membutuhkan kemampuan, keahlian, hingga perlengkapan tertentu untuk sanggup berkompetisi didalamnya. Karenanya, kini juga menjamur tempat-tempat untuk bermain game online yang dinamakan iCafe.
iCafe ini hadir di banyak kota besar di Indonesia, namun tetap menghindari hal-hal negatif dengan cara menerapkan aturan ketat seperti tidak boleh masuk dengan seragam sekolah, tidak boleh bermain di jam sekolah, tidak diperbolehkan adanya konten pornografi, dan sebagainya.
Hal ini baik untuk menghapus stigma yang sudah terbentuk di masyarakat apabila bermain game di warung internet itu cenderung berujung ke hal-hal negatif seperti penggunaan konten pornografi dan pendidikan yang terlupakan.
Bila dianalogikan, iCafe bertugas sebagai tempat “berlatih” dan kompetisi esports bertugas sebagai tempat “kerja”, karena di sana kemampuan dari hasil latihan betul-betul diuji untuk melawan pemain lainnya.
Kompetisi lokal di Indonesia juga sudah sangat menjamur dan hasilnya sangat bagus. Karena banyak pemain dari Indonesia yang mampu untuk unjuk gigi di kancah kompetisi Internasional.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.