Tribunners / Citizen Journalism
Tiket Pesawat Picu Inflasi di Provinsi NTT
Sebagai provinsi berbasis kepulauan, angkutan udara tak ubahnya seperti urat nadi bagi masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ditulis oleh: Muhammad Amir Ma’ruf, S.ST Staf Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Alor
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai provinsi berbasis kepulauan, angkutan udara tak ubahnya seperti urat nadi bagi masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Total terdapat 14 bandara aktif yang melayani penerbangan perintis maupun komersial di bumi flobamora. Tentu saja, selain masyarakat lokal, angkutan udara juga menjadi pilihan utama bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang ingin menjelajah ke Flores, Sumba, Rote, maupun Alor.
Tercatat, 313.524 orang bepergian dari 14 bandara di NTT pada bulan Maret 2018 dan meningkat menjadi 339.352 orang pada bulan April dan 344.047 orang pada bulan Mei.
Peningkatan jumlah penumpang ini tentu diiringi dengan naiknya harga tiket pesawat. Keadaan seperti ini menjadikan hukum pasar berlaku, permintaan naik maka harga naik.
Baca: Zumi Zola Belum Akan Disidangkan, Ini Alasan KPK
Terlebih, bulan-bulan ini sedang berlangsung berbagai moment seperti pendaftaran mahasiswa baru, Idulfitri, dan libur sekolah.
Penulis mencoba melakukan observasi harga tiket di beberapa aplikasi layanan travel daring.
Untuk perjalanan Kupang-Alor pada bulan juli saja rata-rata harga tiket sekitar 562 hingga 749 ribu rupiah. Padahal, harga tiket ketika off-season hanya sekitar 300-400 ribu saja. Hal serupa juga terjadi pada rute lain seperti Kupang-Labuan Bajo, Kupang-Maumere, dan sebagainya yang rata-rata naik 200 hingga 400 ribu rupiah dari harga normal.
Fenomena inflasi memang tidak dapat dipisahkan dari pengeluaran masyarakat disektor transportasi, khususnya transportasi udara bagi masyarakat NTT yang berbasis kepulauan.
Hal ini ditunjukkan oleh data inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), dimana pada bulan April 2018 NTT mengalami deflasi sebesar 0,04% dan mengalami inflasi pada bulan Mei dan Juni masing-masing sebesar 0,68% dan 0,73% (tahun dasar 2012).
Baca: Duh, Montir Ini Jual Istri ke Pria Hidung Belang Lewat Medsos
Mesikipun sempat mengalami deflasi pada bulan April, nyatanya kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikkan indeks harga sebesar 0,71% dari bulan Maret 2018 atau yang tertinggi diantara kelompok pengeluaran lain seperti bahan makanan dan pendidikan.
Pada bulan Mei 2018 dimana bulan Ramadhan tiba, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan andil pembentukkan inflasi Provinsi NTT terbesar kedua setelah kelompok bahan makanan yaitu sebesar 0,18%.
Bahkan pada bulan Juni 2018, kelompok ini memberikan andil terbesar pada pembentukkan inflasi Provinsi NTT sebesar 0,72% disaat bahan makanan mengalami deflasi.
Pemicu terbesar bukan tak lain karena melambungnya harga tiket pesawat seperti yang diungkapkan Kepala BPS Provinsi NTT, Maritje Pattiwaellapia.
Ia tak memungkiri melambungnya harga tiket pesawat jelang dan setelah lebaran memiliki andil terbesar bagi pembentukkan inflasi di Provinsi NTT.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.