Minggu, 5 Oktober 2025

Blog Tribunners

Antara Korupsi dan Pesugihan

Apa kesamaan antara korupsi dan pesugihan? Dalam kamus besar bahasa

Penulis: Alex Palit
Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Antara Korupsi dan Pesugihan
Rumah tahanan "Guntur" (foto: Tribunnews)
"Rumah Tahanan Pesugihan"

TRIBUNNEWS.COM - Apa kesamaan antara korupsi dan pesugihan? Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Sedang pesugihan yang berasal dari kata dasar ‘sugih’ berarti kaya. Pesugihan itu mencari kekayaan. Jadi kesamaan antara korupsi dan pesugihan intinya sama-sama menumpuk kekayaan, memperkaya diri.

Kalau korupsi menumpuk kekayaan menggelapkan pat pat kulipat uang negara. Kalau pesugihan menumpuk kekayaan lewat medium penggelapan kekuatan goib. Keduanya  sama-sama menumpuk kekayaan melalui penggelapan atau penyelewengan melalui jalan pintas yang tidak wajar, terbilang sesat, tidak halal, dan bertentangan dengan ajaran agama. Tapi pada intinya, tindak korupsi atau koruptor itu adalah pelaku pesugihan, menupuk kekayaan memperkaya diri dengan menyalagunakan wewenang kekuasaan dan jabatannya untuk mencuri.

Kalau praktik pesugihan ini biasanya dilakukan di tempat-tempat keramat berkekuatan mistik seperti Gunung Kawi, Srandil atau Kemukus, yang disinyalir sebagai tempat pesugihan. Tapi di sini tidak ingin a priori mengulas benarkah lokasi tersebut diidentikan dengan sebagai tempat berburu pesugihan seperti disinyalir dalam tayangan Dua Dunia (Mitos) – Trans 7. Biasanya pemburu pesugihan ini menggunakan medium pertolongan kekuatan makhluk goib seperti siluman, jin, dan sejenisnya. Itulah konotasi pesugihan yang berkembang dalam masyarakat kita yang bukan saja dianggap bertentangan dengan agama, tapi juga musyrik.

Ternyata budaya praktik pesugihan tidak lagi dilakukan di tempat-tempat keramat yang seram dan mistis, kini beralih ke gedung-gedung elitis yang megah, seperti di gedung DPR, kantor birokrasi pemerintahan, juga di gedung partai politik. Tempat-tempat inilah yang kini diburu sebagai tempat untuk mencari pesugihan. Di balik kedok atas nama sebagai wakil rakyat, di balik kedok jabatan atas nama sebagai pelayan masyarakat, di balik kedok jabatan pengurus partai, mereka melakukan praktik-praktik pesugihan menupuk kekayaan memperkaya diri sendiri mencuri uang negara, mencuri uang rakyat, menyelewengkan amanah dan penggelapan sumpah jabatannya.

Praktik pesugihan ini modus operandinya ibarat pepatah banyak jalan menuju Roma, bisa dengan meminta jatah upeti, suap, kongkalikong, mark up anggaran, presetase komisi proyek, dan sebagainya. Pada intinya praktik ini tak lain adalah penggelapan pat pat kulipat uang negara, yang penting asyik sekali lagi asyiiik, begitu kata lirik lagu Bento-nya Swami.  

Dengan kuasa jabatannya mereka salahgunakan kewenangan kekuasaannya itu melakukan praktik pesugihan menjadi manusia tuyul mencuri uang negara, masa bodoh amanah dan sumpah jabatan. Celakanya banyak di antara mereka ini justru dalam kesehariaanya dikenal sebagai orang melek agama, rajin beribadah dan berkotbah. Tapi jiwanya manusia tuyul, tukang nilep ojir alias pencuri.

Bahkan praktik pesugihan tidak mereka kerjakan secara sendirian atau sendiri-sendiri, melainkan dilakukan dengan sistemik secara rombongan dan borongan melakukan praktik pecurian uang negara sebagaimana terjadi pada kasus korupsi Bank Century, Wisma Atlet, Hambalang, maupun Simulator SIM.

Karena inti tindak korupsi itu tak bedanya praktik pesugihan yaitu menumpuk kekayaan secara tidak wajar, beraliran sesat, bertentangan dengan norma agama, serta melanggar hukum, maka sebaiknya kata “Pesugihan” rasanya lebih tepat dan pantas digunakan untuk gantikan sebutan bagi pelaku korupsi atau koruptor. Begitupun sebaiknya rumah tahanan Pomdam Jaya "Guntur" yang kini juga difungsikan menjadi hotel prodeo bagi koruptor titipan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ditempeli papan nama; “Rumah Tahanan Pesugihan”.

Alex Palit – Jaringan Pewarta Independen

TRIBUNNERS POPULER

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved