Senin, 29 September 2025

Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI

Pelaku Usaha Pariwisata Yakinkan Turis Kalau Indonesia Aman Dikunjungi

Situasi saat ini di Indonesia menimbulkan kekhawatiran di berbagai sektor, termasuk pariwisata.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasanudin Aco
Foto Tangkapan Layar
BELAJAR MUSIK GAMELAN - Seorang wisatawan asing belajar memainkan alat musik gamelan.  Gelombang demonstrasi beberapa waktu lalu yang meluas hingga 32 provinsi sempat memicu kerusuhan, pembakaran fasilitas umum, dan penjarahan membuat   sejumlah turis memilih menunda perjalanan ke Indonesia, terutama ke Jawa, Bali, dan Lombok. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelombang demonstrasi pada 25–28 Agustus 2025 lalu yang meluas hingga 32 provinsi sempat memicu kerusuhan, pembakaran fasilitas umum, dan penjarahan.

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di berbagai sektor, termasuk pariwisata.

Pelaku bisnis sektor pariwisata, Edu Lahar Pragowo, mengatakan sejumlah wisatawan asing memilih menunda perjalanan ke Indonesia, terutama ke Jawa, Bali, dan Lombok. 

"Banyak tamu kami yang menghubungi lewat email dan WhatsApp, bertanya apakah Indonesia aman untuk dikunjungi. Ada yang sampai menunda keberangkatannya,” ujar Edu saat ditemui di Jakarta, Jumat (5/9/2025).

Menurut dia  kekhawatiran turis asing wajar mengingat pemberitaan internasional menyoroti bentrokan yang memakan korban jiwa hingga pembakaran gedung DPRD di sejumlah kota.

"Ketika mereka melihat video kerusuhan atau membaca berita tentang penjarahan, mereka akan berpikir dua kali sebelum datang,” kata owner Java Private Tour, perusahaan penyedia tur privat untuk wisatawan mancanegara ini.

Edu menekankan bahwa pariwisata bukan sekadar rekreasi, melainkan penopang ekonomi yang memberi manfaat langsung bagi banyak pihak mulai dari pengrajin batik, seniman tari, pemandu wisata, hingga pedagang kuliner tradisional.

“Kalau turis batal datang, yang paling terdampak justru rakyat kecil. Mereka kehilangan penghasilan harian,” ungkapnya.

Dalam satu perjalanan, turis bisa membeli batik langsung dari perajin, menyaksikan pertunjukan tari desa, atau mencicipi kopi dari petani setempat.

“Semua transaksi itu langsung ke mereka tanpa perantara. Jadi dampaknya terasa nyata. Ketika turis tidak datang, semua itu terhenti,” kata Edu.

Secara pribadi, Edu menyatakan dukungan terhadap gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat yang menyerukan reformasi politik dan ekonomi.

Menurutnya, tuntutan ini penting untuk menciptakan stabilitas jangka panjang, termasuk bagi sektor pariwisata.

“Kalau ada ketimpangan ekonomi yang tidak diselesaikan, ujung-ujungnya pasti muncul demonstrasi lagi. Kalau demonstrasi berubah jadi kerusuhan, dampaknya bukan hanya ke pemerintah, tapi juga ke rakyat biasa dan dunia usaha,” jelasnya.

Meski begitu, ia mengimbau agar aspirasi disampaikan damai.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan