Dari Layar Gawai ke Peradaban: Transformasi Wakaf di Tangan Gen Z
Gen Z dikenal haus akan pengalaman bermakna. Mereka ingin terlibat langsung, bukan hanya mendengar ceramah atau seminar.
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Editor:
Muhammad Zulfikar
Menurut Badan Wakaf Indonesia (BWI), potensi wakaf di Indonesia mencapai angka fantastis: sekitar 420 ribu hektar tanah dan Rp180 triliun wakaf uang per tahun.
"Dengan potensi itu, sejatinya Indonesia mampu membangun puluhan ribu sekolah, rumah sakit, hingga menopang jutaan UMKM. Namun sayangnya, baru sebagian kecil yang benar-benar dikelola produktif," tulis ulasan situs tersebut dikutip, Jumat (26/9/2025).
Di sinilah peran literasi wakaf menjadi penting, terutama bagi generasi muda yang kini mendominasi populasi.
Generasi Z yang terbiasa serba digital bisa menjadi motor penggerak baru jika literasi wakaf dikenalkan dengan cara yang sesuai dengan bahasa mereka.
Baca juga: Anak Kecanduan Gawai, Apa yang Perlu Dilakukan Orang Tua? Ini Saran Psikolog
Gen Z: Kecil Nominalnya, Besar Dampaknya
Sebagai generasi yang sedang merintis karier, mungkin kontribusi mereka belum besar. Namun bayangkan jika jutaan anak muda rutin menyisihkan sebagian kecil dari penghasilannya untuk wakaf. Efek kolektifnya akan luar biasa.
Lebih dari itu, Gen Z dikenal haus akan pengalaman bermakna. Mereka ingin terlibat langsung, bukan hanya mendengar ceramah atau seminar.
Gamifikasi, komunitas berbasis minat, hingga proyek wakaf bertema lingkungan atau kesehatan adalah beberapa cara kreatif untuk mengajak mereka ikut serta.
Dengan begitu, wakaf bukan hanya sekadar ibadah, tetapi juga pengalaman personal yang memberi rasa bangga sekaligus relevan dengan isu yang mereka pedulikan.
Teknologi: Jembatan Menuju Peradaban Baru
Kini, berwakaf bisa dilakukan hanya dengan Rp10 ribu melalui aplikasi. Prosesnya cepat, transparan, dan bisa diakses kapan saja.
Teknologi digital menjadikan wakaf lebih inklusif, tidak lagi terbatas pada waktu atau jarak, menurut situs lembaga filantropi dan kemanusiaan Islam non-profit tersebut.
Inovasi ini menjadi katalisator. Setelah literasi terbentuk dan nilai bersama tercipta, teknologi memastikan partisipasi generasi muda dapat terus tumbuh.
Perlahan tapi pasti, peradaban wakaf yang kokoh bisa dibangun kembali, menapak jejak kejayaan Islam yang dahulu lekat dengan praktik filantropi ini.
Di tangan generasi Z, wakaf menemukan wajah barunya.
Mereka mungkin tidak membawa kitab di genggaman, tetapi lewat layar ponsel, mereka tengah menulis bab baru peradaban Islam.
Pertanyaannya, sudah siapkah kita membangun peradaban Islami ala Gen Z hanya melalui sentuhan jari?
Gen Z Semakin Kritis, Prabowo Rombak Kabinet Demi Formasi Ideal |
![]() |
---|
Menteri Agama: Tradisi Berbagi Umat Islam Berpotensi Bebaskan 2 Juta Lebih Penduduk Miskin |
![]() |
---|
Menteri Agama Ajak Content Creator Hadirkan Wajah Masjid yang Dekat dengan Umat |
![]() |
---|
Slank 'Racunin' Gen Z Lewat Album The Greatest Hits Live |
![]() |
---|
Najwa Shihab: Passion Harus Adaptif agar Tetap Relevan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.