Jumat, 3 Oktober 2025

Kesehatan

Apa Itu Stunting? Kenali Faktor Penyebabnya, Cegah Sebelum Terlambat!

Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan yang cukup banyak, Indonesia berada di urutan kelima tertinggi versi WHO.

Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
Tribunnews.com/ Rina Ayu
Sedang marak diperbincangkan, apa itu stunting? Bagaimana bisa terjadi? 

TRIBUNNEWS.COM - Pernah dengar stunting? Sebagian orang mungkin asing dengan istilah tersebut.

Stunting adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya.

Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan dengan jumlah yang cukup banyak.

Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.

Baca: Ribuan Anak di Purwakarta Terkena Gejala Stunting

Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan otak, rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan keberhasilan pendidikan.

Dalam jangka panjang, kekurangan gizi pada awal kehidupan akan menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan di masyarakat.

Dikutip Tribunnews.com dari laman resmi depkes.go.id, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) mengatakan "Ajarkan ke anak-anak kita, kalau nanti bila mereka atau istri mereka mengandung, harus hamil yang direncanakan."

"Berikan kasih sayang, makan makanan dengan gizi yang baik agar anaknya tidak stunting, jadi anak yang cerdas dan berkualitas,'' ujar Nila pada pidatonya, Minggu pagi (29/9/2018).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2017, Indonesia berada di urutan kelima tertinggi dengan kasus stunting.

''Tolong titip ke anak cucu kita, ajarkan mereka bagaimana berperilaku hidup sehat. pesan Menkes Nila Moeloek.

Baca: Terobosan Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Stunting Melalui Pemenuhan Gizi Anak

Sementara menurut UNICEF, stunting terjadi pada anak-anak usia 0 sampai 59 bulan dengan inggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.

Dilansir Tribunnews.com dari Tribunkaltim.com, Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indoneisa (FKUI) Damayanti S Sjarif mengatakan, masalah stunting akan sulit diperbaiki pada anak jika sudah melewati masa 1000 hari kehidupan.

"Tapi kalau melihat grafik pertumbuhan, masih ada satu kesempatan saat jelang pubertas. Kita berikan makanan yang benar, protein hewani yang cukup," terang Damayanti dalam diskusi di Jakarta, Kamis (2/7/2015).

Menurut Damayanti, pencegahan Stunting bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini :

  • Berikan anak gizi seimbang agar tubuhnya bisa bertambah tinggi  dan untuk perkembangan otak anak.
  • Melakukan aktivitas fisik, minimal olah raga 30 menit setiap hari.
  •  Jangan biarkan anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang cukup.

"Ternyata hormon pertumbuhan itu kerjanya pukul 00.00 sampai 01.00 malam. Dia (hormon) bekerja kalau tidur nyenyak. Dengan cara itu anak bisa tinggi," terang Damayanti.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sekitar 37,2 persen anak Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting.

Banyaknya anak stunting akan memengaruhi kualitas generasi muda Indonesia di masa mendatang, maka dari itu orang tua wajib memperhatikan tumbuh kembang anak sebelum terlambat.

(Tribunnews.com/ Bunga)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved