Senin, 6 Oktober 2025

Melawan Tren Penurunan Profesi Petani, Zulkifli Buktikan Bertani Bisa Menghidupi

Zulkifli atau akrab dipanggil Daeng Kifli merupakan satu dari sedikit anak muda, yang meyakini bahwa bertani merupakan jalan hidupnya.

Penulis: Willem Jonata
Editor: Wahyu Aji
Dokumentasi pribadi
PETANI MILENIAL - Zulkifli, petani milenial di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Ia mengikuti jejak orang tuanya sebagai petani. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Zulkifli atau akrab dipanggil Daeng Kifli merupakan satu dari sedikit anak muda, yang meyakini bahwa bertani merupakan jalan hidupnya.

Daeng Kifli saat ini berusia 29 tahun. Ia merupakan petani milenial di Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Profesi petani digelutinya sejak 2019, mengikuti jejak orang tuanya. Diakuinya sejak kecil dibimbing orang tuanya untuk mengenal cara bertani.

Hampir enam tahun bertani, yang berkesan bagi Zulkifli adalah saat menanam bawang merah biji hibrida Lokananta sebanyak 500 gram dan bisa menghasilkan 2.500 kg. 

Baginya itu sebuah keberhasilan yang membuatnya merasa puas dan bangga.

"Panen itu titik balik bagi saya, karena membuktikan bahwa anak muda juga bisa serius bertani dan mendapatkan hasil yang bagus,” ujar Zulkifli.

Keyakinan dan kebanggaan Zulkifli merupakan angin segar dalam sektor pertanian di Tanah Air.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) seperti dikutip Kompas.com, jumlah petani di Indonesia sebanyak 29,3 juta petani pada 2023.

Jumlah tersebut mengalami penurunan 7,45 persen dalam 10 tahun terakhir atau tepatnya sejak 2013. Di 2013 jumlah petani tercatat 31 juta orang.

Kini, Daeng Kifli mengelola lahan seluas 1,5 hektar dengan berbagai komoditas utama seperti bawang daun, bawang biji, cabai keriting, dan tomat.

Ia menggunakan benih unggul Cap Panah Merah, yang diakunya memberi warna berbeda dalam perjalanannya bertani.

Setelah keberhasilan itu, ia mulai aktif berbagi pengalaman dengan petani lain di sekitarnya.

Ada 25 petani yang terinspirasi dan mengikuti saran dan ajakannya. 

“Kalau kita bisa belajar sama-sama, jatuh bangunnya juga bisa kita hadapi bersama. Jadi, tidak ada yang merasa sendirian,” tutur pria yang digelari Master Panen ini.

Predikat ini tidak hanya mencerminkan keberhasilan dalam mengelola lahan, tetapi juga menegaskan posisinya sebagai petani muda yang mampu menjadi teladan bagi komunitas sekitarnya.  Kendati begitu, ia tetap rendah hati.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved