Senin, 6 Oktober 2025

Misteri Kematian Brigadir Esco, Ayah Ungkap Organ Tubuh Anak Hilang Usai Dibunuh Briptu Rizka

Kematian Brigadir Esco penuh misteri: jasad membusuk, organ tubuh diduga hilang, istri polwan Briptu Rizka jadi tersangka pembunuhan.

Editor: Glery Lazuardi
Kolase Tribunnews.com/Tangkapan layar dari YouTube Kompas TV
POLISI DIBUNUH ISTRINYA - Briptu Rizka Sintiyani menjadi tersangka atas pembunuhan terhadap suaminya yakni Brigadir Esco Faska Relly. Ternyata sebelum jadi tersangka, Briptu Rizka sempat berdalih kepada mertuanya telah meminta pertolongan dukun saat Brigadir hilang. 

TRIBUNNEWS.COM -  Kasus kematian Brigadir Esco Faska Rely, anggota Polsek Sekotong, Lombok Barat, menyisakan banyak misteri dan kejanggalan yang mengguncang institusi kepolisian dan publik.

Korban ditemukan tewas pada 24 Agustus 2025 di kebun belakang rumahnya, dengan kondisi leher terjerat tali. Awalnya diduga bunuh diri, namun hasil autopsi menunjukkan adanya dugaan kekerasan.

Istri korban, Briptu Rizka Sintiyani, yang juga anggota Polri, ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan

Ia sempat tidak melapor hilangnya suami, bahkan disebut mencari dukun untuk mengetahui keberadaan Esco.

Motif pembunuhan belum terungkap, meski isu perselingkuhan sempat mencuat. Pengacara Rizka membantah tuduhan tersebut sebagai gosip liar.

Barang bukti mencurigakan termasuk handuk anak korban yang ditemukan bercak darah, serta organ tubuh korban yang disebut hilang oleh ayahnya.

Polisi telah memeriksa puluhan saksi, termasuk keluarga dan rekan kerja korban, serta menganalisis riwayat komunikasi dari ponsel milik Esco dan istrinya.

Ayah Brigadir Esco, Samsul Herawadi, mengatakan organ tubuh anaknya ada yang hilang.

Samsul menyoroti luka di tubuh Esco.

Menurut Samsul luka tersebut bukan cuma luka biasa, melainkan bisa jadi petunjuk penyebab kematian Esco.

"Ini bukan luka. Ini hilang organ tubuh. Bukan luka. Namanya luka itu bekas cuma tidak hilang. Jadi disitu luka itu hilang, bukan luka," pungkas Samsul.

Sebelumnya, jasad Brigadir Esco ditemukan dalam kondisi membusuk dan leher terlilit tali di belakang pekarangan rumahnya di Dusun Nyiur Lembang Dalem, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, pada  Minggu (24/8/2025) lalu.

Awalnya, Brigadir Esco diduga meninggal dunia karena bunuh diri, namun kini dugaan tersebut berubah setelah sang istri, Briptu Rizka, menjadi tersangka pembunuhan.

Penetapan tersangka ini setelah penyidik Polda NTB melakukan serangkaian gelar perkara, pada Jumat (19/9/2025).

Kematian Brigadir Esco dikaitkan dengan isu perselingkuhan Briptu Rizka.

Narasi bereda, Brigadir Esco mendadak izin ke senior untuk lepas piket di Polsek Sekotong.

Brigadir Esco merupakan intel di Polsek Sekotong, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sedangkan istrinya, Briptu Rizka Sintiyani bertugas di Polres Lombok Barat.

Ketika sampai di rumah, Esco mendapati istrinya, Rizka, sedang bersama pria lain.

Namun begitu, tuduhan tersebut langsung dibantah pengacara Rizka, Syarifuddin.

"Tidak benar kalau dibilang ada perselingkuhan. Itu hanya gosip liar yang sama sekali tidak terbukti," ucapnya.

Ia meminta agar menunggu fakta dalam persidangan.

"Kami minta jangan ada spekulasi yang memperkeruh suasana," katanya.

"Biarlah fakta di pengadilan yang berbicara," tambah Syarifuddin.

Ditemukan Tanda Kekerasan di Tubuh Brigadir Esco

Direrktur Reserse Kriminal Umum Polda NTB Kombes Syarif Hidayat mengatakan hasil otopsi menunjukan adanya tanda kekerasan di tubuh Brigadir Esco.

"Ada tanda kekerasan di bagian leher," katanya.

Namun begitu ia tak merinci bentuk tanda kekerasan tersebut.

"Masih proses lidik," katanya.

Ayah Brigadir Esco Faska Rely, Samsul Herawadi mengungkap kondisi jasad anaknya.

"Sudah sampai rumah sakit sebenarnya juga saya ndak mau lihat, saya kan berpikir kalau saya ndak lihat anak saya, kapan lagi saya terakhir lihat," katanya.

Baru pertama kali melihat kondisi anaknya di ruang otopsi, Samsul sudah tak sanggup.

Ia tak mampu lagi mengenali sang anak.

"Buka pintu ruang otopsi baru ndak sampai 5-10 menit, cuma berapa detik saya udah ndak mampu. Muka sampai sekujur tubuh, bukan anak saya dalam hati kecil saya, ndak mampu lihat, lemas," katanya.

Kondisi jasad dengan semua lukanya membuat Samsul tak bisa lagi mengenal sosok Brigadir Esco.

"Dari rambut, kita tandai rambut ndak ada. Di muka juga ndak ada, tubuh sudah bengkak," katanya.

"Di depan muka itu tengkorak. Mata, hidung, mulut sudah tengkorak. Kulit sudah ndak ada, tengkorak. Itu yang bikin saya ndak tahan," tambah Samsul.

Ia bahkan menduga ada organ tubuh Esco yang hilang.

"Bukan bekas (pukulan benda tumpul), kalau istilahnya jenis mutilasi tapi bukan tubuh yang dipotong tapi organ tubuh yang hilang," katanya.

Anggota tubuh Brigadir Esco, kata Samsul, memang masih lengkap.

Namun menurutnya ada organ tubuh korban yang sudah tak ada.

"Bisa dibilang mutilasi, cuma motong mungkin tidak. Cuma ada sebagian organ tubuh korban yang hilang," katanya.

Dengan kondisi demikian, Samsul meyakini bahwa anaknya dibunuh.

"Tanpa otopsi, investigasi, olah TKP (tempat kejadian perkara) melihat kondisi tali, terus luka korban, anak kecil aja tahu itu ndak bisa bunuh diri," kata Samsul ayah Brigadir Esco.

Sederet Kejanggalan Kematian Brigadir Esco

1. Istri tidak buat laporan ke polisi

Pengacara pihak keluarga korban, Lalu Anton Hariawan, mengatakan keluarga sempat curiga dengan Briptu Rizka sebelum jasad Brigadir Esco ditemukan.

Sebab, Briptu Rizka tidak melaporkan hilangnya sang suami sejak 19 Agustus 2025.

Bahkan, hingga jasad Esco ditemukan pada 24 Agustus 2025, Rizka tak kunjung membuat laporan.

"Hal pertama yang janggal menurut kami, setelah autopsi dilakukan bahwa fiks almarhum Brigadir Esco meninggal dunia akibat pukulan benda tumpul, saat itu istri dari korban atau tersangka tidak mau membuat laporan polisi."

"Jadi yang membuat laporan polisi atas kematian Brigadir Esco adalah ayah dari (korban)," kata Lalu Anton Hariawan, dikutip SURYA.CO.ID dari tayangan Youtube Metro TV News.

Sementara ibu Brigadir Esco sejatinya sudah punya firasat buruk sejak lama.

Terlebih saat Brigadir Esco mendadak hilang, ibunya sempat berkomunikasi dengan Briptu Rizka.

"Ada kejanggalan, tanggal 19 Agustus kan almarhum dinyatakan menghilang. Pada tanggal 22 Agustus sampai 23 Agustus, ibu korban itu melakukan komunikasi dengan tersangka," ujar Lalu Anton.

Dalam obrolan antara menantu dan mertua, ibunda Esco heran kenapa ponsel anaknya tidak aktif.

Terkait hal tersebut, Briptu Rizka justru mengurai pernyataan mengejutkan.

Bukannya lapor polisi atau perangkat desa, Briptu Rizka malah mendatangi dukun setelah suaminya hilang.

"Hasil komunikasi itu mempertanyakan kenapa HP Brigadir Esco tidak pernah aktif, dihubungi tidak aktif terus."

"Tersangka menyampaikan ke ibu (korban), saya akan mencoba mencari orang pintar, dukun, setelah saya mencari (katanya) Brigadir Esco ada di pantai Bangko bangko, sekitar 50 kilometer dari TKP," kata Lalu Anton.

Mendengar ucapan sang menantu, ibunda Esco tak lantas percaya.

Ibu korban yakin Brigadir Esco masih ada di dekat rumahnya, dan terbukti, firasat ibu korban soal keberadaan Brigadir Esco pun benar.

Sehari setelah ibu korban mengurai firasatnya, Brigadir Esco ditemukan walaupun dalam kondisi tewas.

"Tapi ibu kandung korban menjawab 'saya seorang ibu kandungnya (korban), naluri seorang ibu tidak pernah salah. Saya meyakini anak saya ada di sekitar rumah tersebut. Satu hari setelah mengatakan seperti, jenazah ditemukan," imbuh Lalu Anton.

2. Ada luka sayatan dan pukulan di kepala

Selanjutnya, terkait jumlah terduga pelaku.

Keluarga meyakini, Briptu Rizka tak melakukan pembunuhan seorang diri. 

"Saat penemuan jenazah itu sekitar 12 meter dari rumah almarhum. Ada sayatan pisau di lengan kiri Brigadir Esco dan pukulan benda tumpul di belakang kepala."

"Kami meyakini naluri manusia yang ingin hidup kan melakukan perlawanan."

"Maka kami meyakini tidak mungkin seorang perempuan memiliki kekuatan fisik untuk melakukan pembunuhan atau penganiayaan seorang diri," ujar Lalu Anton.

Keluarga sempat melihat ada luka bekas perlawanan dari Brigadir Esco.

Menurut keluarga, ada banyak pelaku dengan peran berbeda-beda di balik pembunuhan Brigadir Esco.

"Bukti pisau di sebelah kiri itu bukti Brigadir Esco sempat melakukan perlawanan. Maka kami meyakini kasus pembunuhan Brigadir Esco tidak dilakukan tunggal oleh tersangka R."

"Kami meyakini banyak yang membantu, membawa jenazah dari eksekusi awal jenazah, melakukan ikat tali di leher Brigadir Esco, terus yang melkukan penghilangan barang bukti, percakapan chat di HP Brigadir Esco," ungkap Lalu Anton.

3. Pengakuan ayah mertua

Selanjutnya, terkait cerita ayah Briptu Rizka sekaligus mertua Brigadir Esco, H Saihun.

Saihun sempat menceritakan detik-detik dirinya menemukan mayat Brigadir Esco.

Awalnya pada hari Minggu tanggal 24 Agustus 2025 itu Saihun hendak mencari ayahnya yang hilang.

Namun Saihun malah menemukan jasad Esco dalam kondisi memilukan yakni tergantung dengan tali.

"Awalnya saya nyari ayam, ayam ini sudah  hilang satu hari. Saat saya cari ayam ini dan saya lihat tali dari jarak jauh, saya penasaran firasat saya mungkin ada bangkai, tahu-tahu bau amis semakin mendekat dan saya temukan (jasad Esco)," kata Saihun dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun Lombok.

Yang membuat pengakuan Saihun janggal adalah soal penyebab kematian Esco.

Kata Saihun, Esco meninggal karena mengakhiri hidup.

"Korban (Brigadir Esco) baik, enggak ada musuhnya di sini apalagi sama istrinya, enggak pernah saya lihat dia berkelahi. Jadi kami di keluarga ini tidak percaya kalau dia meninggal (mengakhiri hidup)," ujar Saihun.

Belakangan terkuak dari hasil penyelidikan, Brigadir Esco tewas karena dibunuh.

Pihak keluarga juga meminta agar Briptu Rizka dijerat dengan pasal tambahan, yakni pasal 340 tentang pembunuhan berencana dan pasal 351 ayat (3) tentang penganiayaan yang menyebabkan matinya seseorang.

Namun pascapenetapan tersangka, penyidik menambahkan pasal 44 ayat (3) tentang kekerasan dalam rumah tangga dan pasal 338 tentang pembunuhan.

Anton ingin pihak kepolisian juga menambahkan pasal 354 tentang penganiayaan berat juncto pasal 55 kepada tersangka.

"Kami menyakini pelaku lebih dari satu, tidak mungkin seorang wanita mampu mengeksekusi begitu keji seorang diri," kata Anton.

Tak hanya itu, Anton juga ingin pelaku dikenakan pasal menghilangkan alat bukti yang menghambat proses penyidikan.

Terpisah Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Mohammad Kholid mengatakan, penyidik saat ini masih mendalami keterlibatan pelaku lain dalam kasus ini termasuk orang terdekat.

"Masi didalami," kata Kholid singkat.

Sampai saat ini pihak kepolisian belum mengungkap motif dari pembunuhan ayah dua orang anak ini, meski di tengah masyarakat santer beredar motif dari kasus ini terkait asmara. 

Kasus ini masih dalam tahap penyidikan dan menjadi perhatian publik karena melibatkan aparat penegak hukum sebagai pelaku dan korban.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved