Jumat, 3 Oktober 2025

Program Makan Bergizi Gratis

2 Hal Bakal Diselidiki Dedi Mulyadi soal Keracunan MBG di Jabar, Sebut Bisa Buat Anak Trauma

Dedi Mulyadi mengungkapkan dua hal yang bakal diselidiki terkait maraknya keracunan MBG di Jabar.

Tribunnews.com/ Taufik Ismail
KERACUNAN MBG DI JABAR - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi usai mengikuti pelantikan Kepala Daerah di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2025). Dedi Mulyadi mengungkapkan dua hal yang bakal diselidiki terkait maraknya keracunan MBG di Jabar. 

TRIBUNNEWS.com - Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, buka suara mengenai maraknya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayahnya.

Meski baru-baru ini kasus keracunan MBG di Kabupaten Bandung Barat (KBB) tembus 842 korban, Dedi mengatakan pihaknya tidak akan serta-merta langsung menghentikan program tersebut.

Ia menyebut Pemprov Jabar bakal mengevaluasi pihak penyelenggara dan makanan yang disajikan.

Dua hal itu, kata Dedi, akan menjadi objek penyelidikannya untuk mengetahui apakah ada kendala dalam penyajian MBG.

"Yang harus kami lakukan itu lihat dulu, penyelenggara mampu atau tidak. Kedua, makanan yang disajikan sesuai harga atau tidak. Dua hal itu yang akan jadi objek penelitian saya," jelas Dedi di Bale Pakuan, Bogor, Rabu (24/9/2025), dikutip dari Kompas.com.

Lebih lanjut, Dedi menyoroti buruknya manajemen program MBG. Ia menilai ada ketidakseimbangan antara jumlah penerima layanan dan tenaga yang tersedia.

Baca juga: Isi Menu MBG Diduga Penyebab Keracunan 842 Siswa di KBB, Berasal dari 2 Dapur Berbeda

Dedi juga menyebut penyajian makanan juga kerap kurang tepat.

Sebab, ada beberapa makanan yang dimasak tengah malam, mamun baru disajikan keesokan siangnya.

Pola itu, sebut Dedi, bisa meningkatkan risiko makanan basi yang berbuntut keracunan massal.

"Yang dilayaninya sekian ribu orang, kemudian jumlah yang melayaninya hanya sedikit, ditambah lagi jarak yang ditempuh jauh, kemudian ditambah lagi juga ingin memberikan layanan secara sekaligus."

"Misalnya, masaknya jam 1 malam atau masaknya jam 12 malam, disajikannya jam 12 siang, kan jarak waktunya lama," urai Dedi.

Ia pun mengkhawatirkan, jika tidak dilakukan evaluasi dan perbaikan secara menyeluruh, kasus keracunan MBG di Jabar akan kembali terulang.

Dedi lantas mengatakan, kasus keracunan MBG bisa memicu trauma pada anak.

Pasalnya, anak akan enggan mengonsumsi menu MBG karena takut keracunan.

"Itu menimbulkan trauma, traumanya adalah anak yang harusnya mendapat asupan gizi, itu kan menjadi keracunan, kan menjadi trauma."

"Traumanya nanti mereka tidak mau makan lagi terhadap makanan yang disajikan, sedangkan makanan (MBG) yang disajikan itu kan tiap hari dilakukan," pungkasnya, masih dari Kompas.com.

Korban Keracunan MBG di KBB Tembus 842 Orang

Dalam tiga hari terakhir, Senin (22/9/2025) hingga Rabu (24/9/2025), korban kasus keracunan MBG di Kabupaten Bandung Barat (KBB) telah mencapai 842 orang.

Keracunan MBG pertama terjadi di Kecamatan Cipongkor, KBB, pada Senin, dengan korban berjumlah 393 orang, mulai siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Kasus keracunan MBG kedua terjadi di Kecamatan Cihampelas dengan jumlah korban 449 korban.

"Total korban keracunan sebanyak 842 orang. Data terakhir pada (Rabu) pukul 16.24 WIB," jelas Plt Kepala Dinas Kesehatan KBB, Lia N Sukandar, Rabu malam.

Lia mengungkapkan pihaknya telah mengambil sampel berupa muntahan korban dan menu MBG yang diduga kuat menjadi penyebab keracunan.

Baca juga: Data Terbaru Keracunan MBG, BGN dan Istana Beri Angka Berbeda, Kasus di Cipongkor Belum Termasuk

Sampel itu akan diuji di laboratorium untuk mengetahui penyebab pastinya.

"Sampel muntahan, alhamdulillah masih ada tadi yang makanan sisa-sisa di itu ya, bisa keambil yang di Cihampelas," jelas Lia, dilansir TribunJabar.id.

Buntut keracunan MBG yang korbannya mencapai lebih dari 800 orang, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menetapkannya sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Namun, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suyatman, mengungkapkan status tersebut belum akan diperluas hingga seluruh provinsi.

Sebab, fokus utama pemerintah saat ini adalah keselamatan para siswa.

Tak hanya itu, Herman menyebut Pemprov Jabar kini sedang berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menelusuri penyebab keracunan sekaligus melakukan evaluasi.

"Yang paling penting anak-anak segera ditangani. Alhamdulillah semuanya sudah dirawat, mudah-mudahan bisa segera pulih," ujar Herman usai menghadiri Gebyar PKH 2025 di Bale Sawala Yudistira, Kabupaten Purwakarta, Rabu, masih dari TribunJabar.id.

‎"Apakah KLB akan ditingkatkan se-Jawa Barat? Jawabannya belum. Ini masih dievaluasi. Keselamatan anak-anak nomor satu, setelah itu perbaikan harus dilakukan secara komprehensif," imbuhnya.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunJabar.id/Rahmat Kurniawan/Deanza Falevi, Kompas.com/Afdhalul Ikhsan)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved