Minggu, 5 Oktober 2025

Perjuangan Agen Pesiar di Flores dari Rumah ke Rumah Ajak Warga Melek Jaminan Kesehatan

Perjuangan tiga agen Program Petakan, Sisir, Advokasi, dan Registrasi (Pesiar) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Desa Geliting. 

Editor: Sri Juliati
TRIBUNFLORES.COM/Gordy Donofan
CEK DATA JKN - Agen Pesiar JKN Desa Geliting, Maria Nona Erni (39) berada di depan rumahnya sedang mengecek daftar kepesertaan JKN sebelum menyerahkan laporan kepada Kepala Desa Geliting di Kecamatan Kewapante, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Jumat 25 Juli 2025. Ia bersama dua rekannya berjuang agar warga di desa itu melek jaminan kesehatan. 

“Sejauh ini, sudah mendaftarkan 10 orang dalam JKN mandiri. Masih banyak yang belum daftar. Kita terus lakukan edukasi,” ucapnya.

Memang tak mudah dan butuh perjuangan. Berbagai tantangan yang dihadapi seperti penolakan dan cibiran dari warga. Namun, tak ada kata menyerah. Ia ingin agar warga tidak kesusahan ketika sakit.

Rendahnya Kesadaran dan Kendala Ekonomi

TERIMA LAPORAN - Kepala Desa Geliting Makarius Oskar (58) sedang menerima laporan perkembangan agen Pesiar Maria Nona Erni (39) di Kantor Desa Geliting di Kecamatan Kewapante, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Jumat 25 Juli 2025. Pemdes apresiasi kehadiran agen Pesiar BPJS Kesehatan.
TERIMA LAPORAN - Kepala Desa Geliting Makarius Oskar (58) sedang menerima laporan perkembangan agen Pesiar Maria Nona Erni (39) di Kantor Desa Geliting di Kecamatan Kewapante, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Jumat 25 Juli 2025. Pemdes apresiasi kehadiran agen Pesiar BPJS Kesehatan. (TRIBUNFLORES.COM/Gordy Donofan)

Erni mengaku pemahaman warga tentang kesehatan masih rendah. Mereka butuh JKN saat situasi genting atau mengalami sakit. Selebihnya mereka bersikap acuh tak acuh.

“Kita punya orang huru-hura saat melahirkan atau sakit, itu baru datang urus,” kata dia. 

Erni harus bekerja keras lagi ke depan. Syukurnya, keluarga tidak keberatan jika Erni terus mengelilingi kampung mengajak warga menjadi peserta JKN

"Mereka aman, suami dan anak dukung kerja begini," ujarnya.

Pengalaman serupa dialami Margareta Nona Sandri. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya jaminan kesehatan perlu ditingkatkan.

Sandri juga menemukan banyak warga yang tak mendaftarkan JKN karena kesulitan ekonomi. Masyarakat berpenghasilan rendah sulit membayar iuran JKN.

“Mereka bilang, iuran tiap bulan Rp 35.000, kalau di dalam rumah tiga atau empat orang berarti sudah sekitar Rp 140.000, lebih baik kami beli beras supaya kami bisa makan. Itu jawaban dari warga yang belum mendaftar jadi peserta JKN," ujarnya. 

Kendati begitu, ia tak lelah mengedukasi warga dengan cara persuasif, tanpa memaksa. Kini, ia berhasil mendaftarkan tiga warga menjadi peserta JKN mandiri.

“Takutnya di saat-saat genting atau sakit pasti harus berobat. Kalau sudah daftar JKN mandiri sangat terbantu, tapi kalau tidak, pasti biaya lebih mahal," ujarnya.

Sementara itu, Ignasai Tince menuturkan telah berhasil mendaftarkan dua warga menjadi peserta JKN mandiri.  

Tince yang adalah bidan desa itu, melakukan edukasi bagi warga setiap bulan saat pelaksanaan Posyandu.

"Untuk mendatangi warga sangat sulit bagi saya, karena alasan dari warga ada yang keluar kerja, ada yang tidak punya waktu, jadi saya menunggu waktu saat Posyandu," tutur dia.

Peningkatan Akses Jaminan Kesehatan

Kehadiran tiga agen Pesiar dinilai berkontribusi dalam peningkatan akses jaminan kesehatan. Hal itu diakui Kepala Desa Geliting, Makarius Oskar (58).

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved