Minggu, 5 Oktober 2025

Sopir Angkot Jadi Pahlawan Penyebar Informasi soal JKN di Kota Bandung

Melalui kampanye kreatif, BPJS Kesehatan Kota Bandung memanfaatkan sopir angkot sebagai penyebar informasi tentang program New REHAB 2.0.

Editor: Content Writer
Dok. Jamkesnews
NEW REHAB 2.0 - BPJS Kesehatan Cabang Bandung meluncurkan kampanye kreatif dengan memanfaatkan angkutan kota (angkot) sebagai media penyebaran informasi. Sebanyak 20 angkot di Kota Bandung telah dipasangi poster informasi JKN dan New REHAB 2.0, yang ditempatkan di bagian belakang kendaraan agar mudah terlihat oleh penumpang maupun masyarakat di jalan. 

TRIBUNNEWS.COM - Sebagai bagian dari strategi sosialisasi, BPJS Kesehatan Cabang Bandung meluncurkan kampanye kreatif dengan memanfaatkan angkutan kota (angkot) sebagai media penyebaran informasi. 

Sebanyak 20 angkot di Kota Bandung telah dipasangi poster informasi JKN dan New REHAB 2.0, yang ditempatkan di bagian belakang kendaraan agar mudah terlihat oleh penumpang maupun masyarakat di jalan.

“Angkot adalah kendaraan yang mobilitasnya tinggi dan menjangkau berbagai sudut Kota. Dengan memasang poster di angkot, kami dapat menyampaikan informasi JKN kepada masyarakat secara langsung dan luas,” ujar Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandung, Greisthy E.L. Borotoding.

“Tujuan dari penyebaran informasi melalui angkot adalah untuk menjangkau masyarakat secara lebih masif dan efektif. Angkot beroperasi setiap hari dan melintasi berbagai wilayah, mulai dari pusat kota hingga pemukiman padat penduduk. Dengan memanfaatkan angkot sebagai media kampanye, informasi mengenai JKN dan New REHAB 2.0 dapat tersebar secara alami dan berulang, sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kepesertaan aktif dalam program jaminan Kesehatan,” tambah Greisthy.

Kampanye ini mendapat sambutan positif dari para pengemudi angkot. Salah satunya adalah Masikun, sopir angkot jurusan Kebon Kalapa–Cicaheum, yang merasa bangga bisa berkontribusi dalam menyebarkan informasi Program JKN.

“Saya senang angkot saya dipilih. Ini bukan hanya soal kendaraan, tapi soal menyebarkan manfaat. Saya sendiri sudah merasakan manfaat JKN dan ingin orang lain juga tahu dan merasakannya,” tuturnya.

Masikun juga mengajak masyarakat untuk segera mendaftar atau mengaktifkan kembali kepesertaan JKN mereka.

“Kita nggak pernah tahu kapan sakit datang. Lebih baik berjaga-jaga dengan menjadi peserta JKN,” pesannya.

Kampanye ini tidak hanya menjadi sarana penyebaran informasi, tetapi juga bentuk kolaborasi antara BPJS Kesehatan dan masyarakat. Dengan melibatkan sopir angkot sebagai mitra sosialisasi, BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa edukasi kesehatan bisa dilakukan dengan cara yang sederhana namun berdampak besar.

Inisiatif ini juga menjadi bukti bahwa inovasi tidak selalu harus rumit, yang penting adalah menjangkau masyarakat dengan cara yang dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Ke depan, BPJS Kesehatan Cabang Bandung berharap jumlah angkot yang berpartisipasi dalam kampanye ini akan terus bertambah, menjangkau lebih banyak rute dan wilayah.

Dengan semakin luasnya jangkauan informasi, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kepesertaan aktif dalam Program JKN akan meningkat, sehingga semakin banyak warga yang terlindungi oleh jaminan kesehatan nasional.

Baca juga: Digitalisasi JKN Permudah Layanan, BPJS Kesehatan Raih Penghargaan Bergengsi

New REHAB 2.0, Cicil Tunggakan Iuran lewat Aplikasi Mobile JKN

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menjadi tonggak penting dalam sistem perlindungan sosial di Indonesia. Sejak diluncurkan lebih dari satu dekade lalu, program ini telah memberikan akses layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau kepada jutaan masyarakat. 

Namun, dalam pelaksanaannya, BPJS Kesehatan menghadapi tantangan yang cukup kompleks, salah satunya adalah tingginya jumlah peserta yang menunggak iuran, sehingga status kepesertaan mereka menjadi tidak aktif dan tidak dapat lagi mengakses layanan kesehatan.

BPJS Kesehatan menyadari bahwa tidak semua peserta menunggak karena tidak mau membayar. Banyak di antaranya mengalami keterbatasan ekonomi, kurang memahami konsekuensi dari status tidak aktif, atau belum mengetahui cara mengaktifkan kembali kepesertaan mereka.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved