Minggu, 5 Oktober 2025

Kisah M dan 'Keajaiban' JKN bagi Penyintas HIV

Sistem JKN yang dikelola BPJS Kesehatan menjadi pilar penting dalam memastikan akses layanan kesehatan bagi anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA).

Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
Tribunnews.com/Sri Juliati
PENYINTAS HIV - Pendiri Yayasan Lentera Surakarta, Yunus Prasetyo memeluk anak-anak dengan HIV/AIDS di rumah singgah yang berada di Jalan Suryo nomor 49, Kelurahan Purwodiningratan, Kecamatan Jebres. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan telah menjadi pilar penting dalam memastikan akses layanan kesehatan bagi anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA) di Indonesia. Tak terkecuali bagi M dan sejumlah ADHA di Yayasan Lentera Surakarta. 

Sistem JKN yang dikelola BPJS Kesehatan telah menjadi pilar penting dalam memastikan akses layanan kesehatan bagi anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA) di Indonesia. Tak terkecuali bagi M dan sejumlah ADHA di Yayasan Lentera Surakarta.

TRIBUNNEWS.COM - Inisialnya M. Ia adalah seorang gadis yang hendak beranjak dewasa. Tepat pada 1 Mei lalu, ia merayakan ulang tahun yang ke-20.

M adalah sosok yang ramah dan mudah akrab, sekalipun dengan orang yang baru dikenal. Namun, di balik senyum yang selalu mengembang di wajah, tersimpan kisah perjuangan M yang hidup dengan HIV di tubuh.

"Aku tahu kondisiku seperti ini saat kelas 3 SMP," kata M kepada Tribunnews.com, Kamis (24/7/2025).

Tak hanya melawan penyakit, M juga harus melawan stigma dan diskriminasi yang menderanya. Saat sang ibu tiada karena penyakit serupa pada tahun 2015, M dan sang adik, Mg yang juga penyintas HIV diasingkan oleh warga.

M yang kala itu berusia 10 tahun sempat tinggal di ruang kelurahan. Sampai akhirnya, sesosok pria bernama Yunus Prasetyo datang menjemput.

Oleh Yunus, kakak beradik itu dibawa ke Surakarta, Jawa Tengah yang berjarak 186 Km dari kampung halaman mereka di Kediri, Jawa Timur. Mereka tinggal bersama dengan para penyintas lainnya di bawah naungan Yayasan Lentera Surakarta

Sejak didirikan oleh Yunus Prasetyo bersama Puger Mulyono dan Kefas Jibrael Lumatefa pada 2012, yayasan memiliki misi menampung, merawat, dan mengadvokasi anak yatim-piatu dengan HIV/AIDS.

Saat ini, 37 anak tinggal di shelter Yayasan Lentera yang menempati bangunan bekas SD di Jalan Suryo nomor 49, Kelurahan Purwodiningratan, Kecamatan Jebres. Dari ke-37 anak ini, 26 di antaranya mengidap HIV/AIDS. Sisanya, masih dalam pemantauan.

Program JKN dari BPJS Kesehatan jadi Asa

MENONTON KARTUN - Anak-anak penghuni Yayasan Lentera Surakarta tengah asyik menonton kartun di televisi Rumah Lentera Anak, tempat di mana anak penderita HIV/AIDS hidup bersama, difoto pada Rabu (7/5/2025)
MENONTON KARTUN - Anak-anak penghuni Yayasan Lentera Surakarta tengah asyik menonton kartun di televisi Rumah Lentera Anak, tempat di mana anak penderita HIV/AIDS hidup bersama, difoto pada Rabu (7/5/2025) (Tribunnews.com/Chrysnha Pradipha)

Di Yayasan Lentera, M dan ADHA lainnya yang semula bukan siapa-siapa telah menjadi keluarga meski tanpa rangkulan orang tua atau saudara. 

Di sana, mereka tidak hanya mendapatkan tempat berteduh, tetapi juga memperoleh hak-hak dasar sebagai anak, salah satunya kesehatan.

Setiap hari, mereka menjalani terapi antiretroviral (ART) dengan mengonsumsi sejumlah obat (antiretroviral, ARV) untuk menekan jumlah virus (viral load) hingga tidak terdeteksi sekaligus menjaga sistem kekebalan tubuh (jumlah CD4) tetap kuat. 

Baca juga: 10 Provinsi dengan Tingkat Kepemilikan Jaminan Kesehatan Tertinggi di Indonesia 2025

ART adalah pengobatan utama untuk HIV dan AIDS, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko penularan. 

"Setiap hari, aku minum 5 butir kombinasi obat-obatan antiretroviral siang-malam," ujar M.

M mengaku tak pernah lalai untuk urusan minum obat. Kejadian di masa lalu tentang kehilangan orang yang dicintai menjadi pengingatnya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved