Kisah M dan 'Keajaiban' JKN bagi Penyintas HIV
Sistem JKN yang dikelola BPJS Kesehatan menjadi pilar penting dalam memastikan akses layanan kesehatan bagi anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA).
"Aku pernah kehilangan mama dan sahabat dekatku di Yayasan Lentera karena mereka jarang minum obat dan jarang kontrol, tubuh mereka sampai kurus dan nggak bisa jalan. Aku baru tahu kalau ternyata efeknya sampai separah itu dan nggak mau itu terjadi," ungkapnya.
Setiap bulan, M dan ADHA lainnya juga melakukan kontrol dan pemeriksaan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan. Termasuk tes viral load dan jumlah sel CD4 (sel kekebalan tubuh) yang dilakukan sekali setahun.
Semua layanan ini dapat diakses secara mudah dan gratis oleh mereka. Pasalnya, semua penyintas HIV di Yayasan Lentera telah terdaftar sebagai peserta program Jaminan Kesehatan (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
Mereka pun bisa mendapatkan akses pengobatan dan pemantauan kesehatan yang komprehensif, sesuai dengan pedoman pengobatan HIV/AIDS dari Kementerian Kesehatan.
Hal inilah yang menjadikan kondisi kesehatan M dan ADHA di Yayasan Lentera selalu stabil. Mereka pun tumbuh dan berkembang seperti layaknya anak-anak. Mereka bisa bersekolah, bermain, hingga jalan-jalan. Kalaupun jatuh sakit, hanya batuk, pilek, atau sakit gigi.
Termasuk M, yang kini tengah menempuh pendidikan S1 jurusan akuntansi di sebuah kampus di Surakarta dan bekerja di sebuah rumah makan.
"Aku sangat terbantu dengan adanya program JKN dan bersyukur sekali terdaftar sebagai peserta. Terlebih dengan kondisiku saat ini, harus minum obat selamanya, menjalani segala macam tes dan pemeriksaan, tanpa keluarga pula. Berkat BPJS Kesehatan, semua layanan kesehatan bisa aku akses secara gratis," ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan pendiri Yayasan Lentera Surakarta, Yunus Prasetyo. Ia mengaku, program JKN sangat membantu dalam perawatan kesehatan anak dengan HIV/AIDS.
"Meski ada beberapa penyakit yang tidak ter-cover, tetap kami rawat mereka sampai sembuh. Anehnya saat kami mau membayar, tahu-tahu sudah ada yang mbayarin," ungkap Yunus.
Menurutnya, dalam sekali pemeriksaan, seorang ADHA membutuhkan biaya hingga Rp 500 ribu, belum termasuk tes darah, viral load, dan jumlah sel CD4.
Jika dikalikan dengan jumlah anak di Yayasan Lentera, maka sudah pasti biaya kesehatan yang dikeluarkan akan membengkak. Sementara yayasan ini dapat berjalan berkat bantuan atau donasi dari berbagai pihak.
Yunus mengatakan, semua 'anak-anaknya' sudah menjadi peserta JKN kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI). Meski sebelumnya, ada beberapa anak yang masuk kategori Non-PBI alias mandiri.
"Kami sempat membayar iuran BPJS Kesehatan secara mandiri selama setahun sebelum akhirnya semua anak-anak di sini dimasukkan ke kategori PBI," kata dia.
Tumbuh Kembang ADHA Bisa Optimal

Terpisah, Dokter Spesialis Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dr Husnia Auliyatul Umma SpA MKes mengatakan, perawatan kesehatan yang diterapkan pada anak dengan HIV/AIDS sama seperti orang dewasa. Hanya berbeda pada dosis berdasarkan umur dan berat badan serta kondisinya saat itu.
"Nantinya, anak-anak dengan kondisi stabil hanya perlu menjalani pemeriksaan rutin di puskesmas atau FKTP," kata dia.
Sumber: TribunSolo.com
Seleksi Duta Muda BPJS Kesehatan bagi Pelajar SMA/SMK Sederajat, Daftar di Kantor Cabang Terdekat |
![]() |
---|
Sopir Angkot Jadi Pahlawan Penyebar Informasi soal JKN di Kota Bandung |
![]() |
---|
Cara Skrining Kesehatan Menggunakan Aplikasi BPJS Kesehatan |
![]() |
---|
BPJS Kesehatan Pastikan Program JKN di Kota Langsa Sesuai Syariah |
![]() |
---|
Digitalisasi JKN Permudah Layanan, BPJS Kesehatan Raih Penghargaan Bergengsi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.