Doa Ibu dan Bakso Ayah Antar Suwandi Jadi Lulusan Terbaik IPDN 2025
Doa ibu dan gerobak bakso ayah jadi kunci sukses Suwandi raih IPK tertinggi IPDN. Apa yang sebenarnya terjadi di balik kisahnya?
Penulis:
Taufik Ismail
Editor:
Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JATINANGOR — Di balik prestasi gemilang Suwandi sebagai lulusan terbaik Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) 2025, ada dua sosok yang tak pernah tampil di panggung: sang ayah yang berjualan bakso, dan sang ibu yang tak henti berdoa di tengah malam.
Kisah mereka adalah bukti bahwa keberhasilan anak bukan hanya soal kecerdasan, tapi juga tentang cinta, doa, dan pengorbanan.
Ayah Penjual Bakso, Pahlawan Tanpa Sorotan
Samin (58), ayah Suwandi, telah berjualan bakso sejak anaknya duduk di bangku kelas dua SMP. Gerobak sederhana di sekitar rumah mereka di Kelurahan Kambula-bulana, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, menjadi sumber nafkah utama keluarga.
“Saya dan istri bantu jualan bakso untuk biaya sekolah anak. Alhamdulillah sekarang dia jadi lulusan terbaik IPDN,” ucap Samin saat ditemui usai prosesi wisuda di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (23/7/2025).
Baca juga: Bukan Anak Kolong, Letda Caj Bisyarah Salsabila Jadi Lulusan Terbaik Akmil Tingkat III 2025
Ibu yang Tak Pernah Lelah Berdoa
Wamersi, ibu Suwandi, menyaksikan langsung momen penyematan dari Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Ia mengaku selalu mendoakan anaknya dengan tahajud dan salawat, terutama saat Suwandi menghadapi masa-masa sulit di IPDN.
“Sering berdoa, sering salat tahajud, sering bersolawat,” tuturnya haru saat ditemui di lokasi wisuda, Jatinangor, Kamis (24/7/2025).
Ia berpesan agar Suwandi tetap sederhana dan tidak sombong meskipun telah meraih prestasi nasional.
“Semoga berbakti kepada orang tua, tidak sombong dan rendah hati,” pungkasnya.
Nilai Hidup yang Menjadi Bekal
Suwandi mengakui bahwa peran orang tua sangat menentukan keberhasilannya.
Bukan hanya dukungan material, tapi juga moral dan spiritual.
“Orang tua sangat berperan. Mereka selalu mendukung secara moral, spiritual, dan juga material. Bahkan mereka selalu mengingatkan saya untuk tidak meninggalkan salat dan terus berdoa,” kata Suwandi saat dikonfirmasi TribunnewsSultra.com melalui pesan langsung Instagram, Kamis (24/7/2025).
Nilai-nilai ini menjadi bekal selama menempuh pendidikan di IPDN, terutama saat menghadapi tekanan akademik dan keterbatasan fasilitas.
Baca juga: Kisah Ayu, Lulusan Terbaik IPDN Asal Sukoharjo, Perjuangan Tamat Kuliah Tanpa Orang Tua
Dari Buton ke Jatinangor: Perjalanan yang Tak Mudah
Untuk mengikuti seleksi IPDN, Suwandi harus menempuh perjalanan laut 6–8 jam dari Buton ke Kendari. Ia masuk IPDN pada tahun 2021, saat pandemi COVID-19 masih melanda.
Ia menyelesaikan pendidikan di Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik dengan IPK 3,869 dan predikat cumlaude.
Inspirasi untuk Keluarga Indonesia
Kisah Suwandi, Samin, dan Wamersi adalah potret keluarga Indonesia yang sederhana namun penuh harapan.
Mereka membuktikan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya milik mereka yang punya privilese, tapi juga milik mereka yang punya tekad, doa, dan cinta tanpa syarat.
Kisah Ipda Ali, Polisi DIY yang Dedikasikan Seluruh Gaji untuk Anak Asuh dan Bangun Masjid |
![]() |
---|
Memperkenalkan Akademik dan Budaya Kampus, 5.053 Mahasiswa Baru Institut Teknologi Bandung Ikut OSKM |
![]() |
---|
Kisah Bripka Rofiq, Tegakkan Keadilan hingga Lututnya Pecah |
![]() |
---|
Julio Sebastian, Perjalanan Anak Penjaga Gereja hingga Menjadi Anggota Polri |
![]() |
---|
Kisah Bripka Joko Hadi: Polisi yang Kerja Sampingan sebagai Penggali Kubur Gratis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.