Minggu, 5 Oktober 2025
Tujuan Terkait

Gaung Literasi dalam Setapak Kios-Kios di Pasar Buku Bekas Alun-Alun Lor Solo

Pasar Buku Bekas Solo, Jawa Tengah, letaknya tak jauh dari Alun-Alun Utara Kota Solo. Jadi tempat literasi bagi masyarakat.

Penulis: timtribunsolo
(Mg/Rohmah Tri Nosita)
PASAR BUKU BEKAS - Potret kios Aryono (59) yang menjual buku bekas di Pasar Buku Bekas Alun-Alun Lor Solo. (Mg/Rohmah Tri Nosita) 

TRIBUNNEWS.COM - Suara kertas buku saling bergesekan menjadi sambutan hangat ketika berkunjung ke Pasar Buku Bekas Solo, Jawa Tengah, Selasa (8/7/2025).

Lain halnya dengan toko-toko buku lain yang menjual buku-buku mulus dan terurus), toko buku ini tampil sederhana.

Toko buku yang letaknya tak jauh dari Alun-Alun Utara Kota Solo ini menjual buku-buku lawas dengan kondisi yang memaksa mata untuk jeli.

Sebab, ada buku yang nyaris tidak rusak sama sekali tetapi ada pula yang sudah rusak bahkan hilang salah satu halamannya.

Pengunjung mencari buku yang diminati. (
PASAR BUKU BEKAS - Pengunjung mencari buku yang diminati. (Mg/Rohmah Tri Nosita)

Sebuah panorama buku tempo dulu tampak jelas terlihat, adapula buku-buku yang menumpuk membentuk menara.

Menurut pengakuan salah satu pemilik kios, Aryono (59), Pasar Buku Bekas yang dikelola oleh pihak Keraton Kasunanan Surakarta ini sudah ada sejak tahun 1994.

Sejak saat itu juga, Aryono telah menjual buku-buku bekas guna memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Untuk membantu keluarga, untuk kebutuhan keluarga,” ujar Aryono ketika diwawancarai, Selasa (8/7/2025).

Aryono mengaku mendapatkan buku bekas dari pemasok dan buku-buku sekolah yang sudah tidak dipakai lagi.

Sepadan dengan kondisinya, harga yang ditawarkan juga tidak membuat kantong jebol.

Harga buku yang ditawarkan variatif, tergantung jenis buku, kondisi, dan kelangkaannya.

Bahkan hanya dengan Rp7.500 saja pembeli dapat membawa pulang buku bekas dengan kondisi yang cukup bagus.

Antusiasme Berburu Buku Tak Kenal Usia 

uasana kios ramai pengunjung
PASAR BUKU BEKAS - Suasana kios ramai pengunjung. (Mg/Rohmah Tri Nosita)

Setiap sudut kios penjual diramaikan oleh orang-orang yang saling mengeja kata demi kata dari buku yang dibaca.

Pembeli yang datang pun berasal dari beragam usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Abidah (16), salah satu pengunjung dari Boyolali mengaku senang dengan keberadaan toko buku bekas ini.

Menurutnya, adanya toko buku ini dapat menjadi alternatif pilihan untuk mencari buku-buku yang tidak dapat ditemukan di toko buku yang biasa ia beli. 

Kendati demikian, ada beberapa hal yang menurutnya masih perlu dibenahi.

“Lebih dapet tempat yang strategis soalnya di sini kaya keliatan rak-raknya karena tidak ada jadi bukunya ditata sekadar di atas rak-rak yang ga kokoh,” kata Abidah (16).

Selain itu, Abidah juga menyoroti terkait adanya buku-buku cetakan ulang (bajakan) yang banyak beredar.

Abidah sendiri merasa bahwa kehadiran buku-buku tersebut dapat merugikan bagi penulis maupun penjual.

Meskipun demikian, ia tetap merasa puas dengan adanya Pasar Buku Bekas ini.

Angin Segar Literasi di Kota Solo

Buku tetaplah buku yang di dalamnya mengandung cakrawala pengetahuan dalam balutan tulisan.

Meskipun sebuah buku telah mendapat gelar 'bekas', hal itu tidak akan membuat hasil pemikiran penulis ikut lepas.

Walaupun waktu merenggut putihnya kertas dan peradaban terus melahirkan pembaruan, setiap kata yang tertulis dalam sebuah buku akan abadi, apapun yang terjadi. 

Kehadiran Pasar Buku Bekas ini melahirkan semangat baru dalam literasi di Kota Solo.

“Semoga anak-anak sekarang bisa kembali lagi gemar membaca buku sehingga toko buku jadi lebih ramai lagi,” ungkap Aryono.

(mg/Rohmah Tri Nosita)

Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)

Sumber: TribunSolo.com

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved