Sabtu, 4 Oktober 2025

Kapal Tenggelam di Selat Bali

Kesaksian Penumpang KMP Tunu Tenggelam di Selat Bali: Terlempar Tanpa Pelampung, Teriak dan Baca Doa

Imron, warga Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur adalah korban selamat KMP Tunu Pratama Jaya. Korban selamat setelah naik perahu karet.

Penulis: Erik S
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury/Tribunnews
SELAMAT - Kolase Imron saat menceritakan detik-detik saat menyelamatkan diri dari kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali, Kamis (3/7/2025) 

TRIBUNNEWS.COM, BULELENG - Imron (48) berjuang mati-matian bertahan hidup ketika terlempar dari KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali, Rabu (2/7/2025) malam.

Imron, warga Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur awalnya tidak sempat pakai pelampung.

"Saya kurang tahu pasti jam berapa naik ke kapal. Yang jelas saat di kapal itu saya sempat chattingan dengan teman saya, memberi kabar bahwa saya sudah di kapal," ujarnya, Kamis (3/6/2025).

Baca juga: Pengantin Baru Asal Banyuwangi Turut Jadi Korban KMP Tunu Pratama Jaya, Sang Istri Sedang Mengandung

Namun tak berselang lama, ia merasakan kapal terombang-ambing ke kanan dan kiri.

Para kru kapal ia lihat berlarian, demikian penumpang yang berada di dalam ruangan terlihat keluar dan mengambil rompi pelampung. 

"Itu kejadiannya sekitar 10 sampai 15 menit sejak berangkat. Karena perasaan saya mulai tidak enak, saya langsung tutup ponsel. Tidak lama kemudian air masuk ke kapal," bebernya. 

Kerasnya gelombang air laut malam itu sempat menghempaskan Imron ke tiang kapal. Ia akhirnya terjatuh di laut, namun belum mendapatkan pelampung. 

"Tak lama kemudian saya lihat pelampung sekitar 4 meter dari saya, kemudian saya kejar. Agak kerepotan pakai pelampung di permukaan air. Berani tidak berani, saya memutuskan menyelam baru bisa pakai, dan ikat pelampung," katanya. 

Imron yang kelelahan setelah 30 menit mengejar pelampung, kemudian memutuskan istirahat sejenak.

Hingga tak lama ada perahu karet yang mendekat padanya.

"Perahu itu kondisinya belum mengembang. Butuh waktu sejam hingga perahu benar-benar mengembang dan bisa dinaiki," imbuhnya. 

Baca juga: Puan Sampaikan Duka atas Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya, Minta Perbaikan Tata Kelola Transportasi

Setelah mengembang sepenuhnya, perahu karet itu selanjutnya diisi 16 orang.

Satu di antaranya perempuan dan sisanya laki-laki. 

Kendati berhasil selamat dari kapal tenggelam, namun 16 orang tersebut harus bertahan terombang-ambing berjam-jam di lautan. 

"Saya teriak-teriak di tengah laut minta tolong dari atas kapal karet itu serta baca-baca doa," ujarnya. 

Imron tak menampik jika dirinya sempat merasa putus asa. Sebab pada malam itu, ombak di lautan cukup tinggi. 

"Saya pikir, bisa selamat dari kapal tenggelam tapi tidak bisa selamat dari ombak. Ombaknya besar, seandainya digulung ombak mungkin semuanya yang di atas perahu karet sudah terkapar," ucapnya. 

Menurut Imron, diperkirakan kapal itu tenggelam pukul 23.29 wib. Sedangkan ia mendapat pertolongan nelayan sekitar pukul 05.30 wita.

"Kalau dibilang trauma, pasti saya trauma naik kapal. Tapi mau bagaimanapun harus balik ke Banyuwangi naik kapal," tandas dia.

Cemas menanti

Imam Bakri cemas menanti pasca menerima kabar kabar tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.

Baca juga: Identitas 4 Kru KMP Tunu dan 27 Penumpang yang Selamat, 4 Orang Ditemukan Meninggal

Sejak menerima kabar pukul 03.30 Wita tadi, keberadaan istri dan anak keduanya yang masih balita belum diketahui. 

Imam terlihat banyak merenung saat ditemui tribun-bali.com di Posko ASDP Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Kamis (3/6/2025).

 Wajahnya cemas menanti kabar istrinya bernama Fitri April Lestari (32) dan anak keduanya Afnan Aqiel Mustafa (3) yang belum ditemukan. 

Imam mengatakan istri dan anak keduanya bermaksud untuk menemui dia yang bekerja di Kota Denpasar.

Keduanya berangkat dari Kecamatan Cluring, Banyuwangi dengan menumpang travel. 

Baca juga: Kesaksian ABK KMP Tunu Jelang Tenggelam di Selat Bali: Kapal Tiba-Tiba Miring, Langsung Black Out

"Kontak terakhir saya dengan istri saat dia memberi kabar sudah naik kapal. Setelah itu tidak ada kabar lagi," ucapnya. 

Hingga sekitar pukul 03.30 wita, Imam menerima panggilan telepon dari pihak travel, yang mengabarkan terjadi kecelakaan kapal.

Perasaan tak nyaman sontak menghantui Imam. 

Sekitar pukul 04.00 Wita, ia bergegas menuju Gilimanuk untuk mencari keberadaan istri dan anaknya.

Namun hingga Kamis siang, belum ada kabar keberadaan istri dan anaknya. 

"Saya terus berdoa sambil cari data keberadaan istri dan anak, namun sampai saat ini belum ada informasi. Saya berharap anak dan istri saya segera ditemukan dan dalam kondisi selamat," ucapnya. 

 

 

Penulis: Muhammad Fredey Mercury

Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Saksikan Kru Kapal Berlarian, Imron Korban Selamat KMP Tunu Sempat Terhempas hingga Jatuh ke Laut

dan

Cemas Menanti, Istri & Anak Balita Imam Belum Ditemukan Pasca Tragedi Kapal Tenggelam di Selat Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved