Jumat, 3 Oktober 2025

Tangis Ibu di Bima Tuntut Keadilan usai Anaknya Jadi Korban Malapraktik, Tangan Sampai Diamputasi

Marliana Warga Desa Tambe, Kabupaten Bima, NTB menuntut keadilan untuk anaknya yang jadi korban malapraktik hingga tangan anaknya harus diamputasi.

care24.co.in
DUGAAN MALAPRAKTIK - Ilustrasi: Tangan Bayi. Marliana Warga Desa Tambe, Kabupaten Bima, NTB menuntut keadilan untuk anaknya yang jadi korban malapraktik hingga tangan anaknya harus diamputasi. 

Marliana melapor ke petugas, infus dicabut, dan beberapa jam kemudian dipasang kembali di tangan kanan.

Empat hari berselang tanpa perbaikan kondisi, Marliana meminta rujukan ke RSUD Sondosia.

Tapi sebelum berangkat, perawat kembali menyuntikkan obat lewat infus di tangan kanan, meskipun Marliana sempat memperingatkan adanya pembengkakan. 

Suntikan obat itu membuat anak Marliana kesakitan, tangan anaknya pun membengkak hebat hingga akhirnya infus dicabut.

Baca juga: Julita Surbakti Datangi Polda Sumut usai Kakinya Diamputasi, Minta Kasus Malapraktik Diselidiki

Marliana berinisiatif mengompres dengan air hangat seperti anjuran perawat, berharap tangan anaknya bisa membaik.

Lalu sesampainya di RSUD Sondosia, anak Marliana kembali diinfus di tangan kiri. Meski kondisinya tampak membaik, tangan kanannya semakin parah.

Tangan anaknya pun menjadi bengkak, menghitam, keras, hingga jari-jarinya kaku.

Marliana meminta rujukan ke RSUD Bima, namun ditolak. Ia hanya diberi salep dan suntikan.

Akhirnya Marliana memutuskan membawa anaknya ke IGD RSUD Bima pada 15 April 2025.

Di sana Marliana mendapat respons yang mengecewakan, ia juga menyebut dokter terkesan menyepelekan kondisi anaknya.

“Dibilang hanya peradangan biasa, nanti juga kempes sendiri,” ujar Marliana, menirukan jawaban dokter.

Baca juga: 3 Wanita Diduga Jadi Korban Malapraktik Klinik Kecantikan di Jaktim: Hidung Tinggi dan Miring

Ketika ia mengungkapkan kekhawatiran akan risiko amputasi, perawat malah menanggapi dengan meremehkan.

“Tidak usah terlalu tinggi pikirannya, Bu. Anak Ibu baik-baik saja selama tidak menangis histeris,” katanya.

Kondisi anaknya pun memburuk dan mengalami demam tinggi serta muntah-muntah.

Namun tak ada dokter yang memeriksa kondisi anak Marliana tersebut hingga keesokan harinya, 16 April pukul 11.00 WIT. Hal ini pun membuat Marliana menangis histeris.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved