Kamis, 2 Oktober 2025

Oknum Kepala Wilayah Diduga Rudapaksa Siswi di Lombok Timur, Kini Kabur Tanpa Jejak

Menurut Ansori, pelaku diduga menggunakan rayuan uang dan kosmetik atau skincare untuk mendekati korban

Editor: Eko Sutriyanto
freepik
ILUSTRASI RUDAPAKSA - Seorang siswi SMA berusia 15 tahun di Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, harus menanggung luka batin yang mendalam.  Ia diduga menjadi korban rudapaksa oleh seorang oknum Kepala Wilayah (Kawil) berinisial N, sosok yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat, bukan justru predator yang mencederai masa depan generasi muda 

TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - Seorang siswi SMA berusia 15 tahun di Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, harus menanggung luka batin yang mendalam. 

Ia diduga menjadi korban rudapaksa oleh seorang oknum Kepala Wilayah (Kawil) berinisial N, sosok yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat, bukan justru predator yang mencederai masa depan generasi muda.

Tragisnya, setelah kasus ini mencuat ke publik dan jadi sorotan media, pelaku justru melarikan diri tanpa jejak.

Ia bahkan sempat membuat surat pengunduran diri dari jabatannya, ingin menghapus jejak dan lepas dari tanggung jawab.

“Informasinya ada yang bilang dia ke Malaysia, ada juga ke Kalimantan. Posisinya tidak jelas,” ujar kuasa hukum korban, Muhammad Ansori, Rabu (4/6/2025).

Menurut Ansori, pelaku diduga menggunakan rayuan uang dan kosmetik atau skincare untuk mendekati korban.

Baca juga: Viral Bule Belgia Menikah Dengan Pria Asal Tetebatu Lombok Timur NTB, Cinta Bersemi Saat Kursus

Namun, remaja belia itu sempat menolak pemberian tersebut.

Sayangnya, bujuk rayu sang pelaku tak berhenti di sana.

“Awalnya diajak jalan-jalan, entah bagaimana korban ini mulai luluh. Ada rasa percaya yang tumbuh hingga akhirnya terperdaya,” ujar Ansori lirih.

Aksi Bejat Berulang Kali, di Kebun hingga Penginapan

Yang membuat kasus ini semakin memilukan, dugaan rudapaksa tidak terjadi sekali, melainkan berulang kali.

Korban bahkan tak mampu mengingat dengan jelas lokasi kejadian karena terlalu sering dan berpindah-pindah tempat.

“Dia lupa karena sering melakukannya dan TKP-nya berbeda-beda. Terakhir menurut pengakuan korban terjadi di sebuah penginapan di Kecamatan Selong,” ungkap Ansori.

Peristiwa keji itu diduga terjadi sejak Maret 2025, menjelang bulan Ramadan.

Dan sepanjang waktu itu pula, korban memendam segalanya seorang diri, tak sanggup menyampaikan kepada orang tua karena trauma dan takut.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved