Gusmadi Bunuh Ibu Kandung Pakai Senpi Warisan Ayah: Kenapa Bukan Saya Yang Mati?
Gusmadi tewaskan ibu kandung pakai senpi warisan ayah di OKU Timur. 'Kenapa bukan saya yang mati,' ratapnya. Polisi jerat Pasal 338 & 340 KUHP.
TRIBUNNEWS.COM, OKU TIMUR - Gusmadi Wiranata (23) nekat membunuh ibu kandungnya sendiri, Hely Febriyanti, menggunakan senjata api rakitan revolver warisan almarhum ayahnya di kediaman mereka di Desa Bangun Rejo, OKU Timur.
Aksi brutal yang berujung penyesalan mendalam: "Kenapa bukan saya yang mati?"
Pengakuan mengejutkan itu disampaikan Gusmadi kepada aparat Polres OKU Timur saat pemeriksaan, Jumat (25/4/2025).
Kapolres OKU Timur AKBP Kevin Leleury mengonfirmasi, senjata api yang digunakan merupakan peninggalan ayah pelaku yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa setempat.
Tragedi ini berawal dari cekcok mulut antara Gusmadi dan korban. Dalam kondisi emosi, Gusmadi masuk ke kamar ayahnya untuk membereskan berkas di brankas.
Di sana, ia menemukan revolver milik almarhum ayahnya.
Baca juga: Pelaku Pembunuhan di Tangerang Terekam CCTV Bawa Jasad Pakai Motor, Dibuang ke Saluran Air
"Waktu bertengkar, ibu bilang 'Jangan anggap aku ibu kamu lagi, aku ini bukan ibu kamu lagi'. Saya sakit hati dengarnya," ujar Gusmadi dalam pemeriksaan.
Dengan senjata itu, Gusmadi mendatangi ibunya dan melepaskan tembakan tunggal ke paha kanan korban.
Meski hanya satu tembakan, luka tersebut menyebabkan pendarahan hebat yang merenggut nyawa Hely Febriyanti.
Kini, Gusmadi menyesali perbuatannya. "Kenapa bukan saya saja yang mati," katanya penuh penyesalan.
Polisi menjerat Gusmadi dengan Pasal 338 dan 340 KUHP tentang pembunuhan, serta UU Darurat senjata api ilegal. Ancaman hukumannya mencapai 20 tahun penjara.
Kasus ini memicu pertanyaan publik tentang penyebab anak tega membunuh orangtuanya. Psikolog forensik Reza Indragiri menjelaskan, motif semacam ini biasanya berakar dari dinamika hubungan keluarga yang kompleks.
Baca juga: Detik-detik Pelaku Pembunuhan Pria Dalam Karung di Tangerang Bawa Mayat Pakai Motor, Terekam CCTV
"Faktor dominan biasanya relasi dengan keluarga, terutama orang tua. Ketika hubungan seharusnya memberi dukungan justru menjadi sumber tekanan, bisa memicu perilaku ekstrem," jelas Reza.
Ini bukan kasus pertama anak membunuh orangtua di Indonesia. Pakar menekankan pentingnya komunikasi sehat dalam keluarga untuk mencegah tragedi serupa terulang.
Akses Tribunnnews.com di Google News atau WhatsApp Channel Tribunnews.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.