Temuan KontraS soal Tewasnya Remaja di Asahan, Sempat Diinjak Polisi Berulang Kali di Perut
KontraS menemukan adanya penganiayaan terhadap Pandu oleh polisi di mana korban diinjak perutnya sebanyak dua kali sebelum dinyatakan tewas.
Dalam pra-rekonstruksi, mulanya para tersangka berkumpul di sebuah warung mie Aceh mendapatkan informasi adanya aksi balap liar.
Mendapatkan informasi tersebut, salah satu tersangka Bagol langsung berangkat ke lokasi untuk memastikan adanya aksi balap liar.
"Kemudian, dibilang Kanit (tersangka Ahmad Efendi) kalau ada nanti kabari saya," ungkap tersangka, dikutip dari Tribun Medan.
Dua adegan diperagakan di warung warkop Agam, dengan salah satu tersangka Bagol mengecek lokasi di Kecamatan Simpang Empat terkait informasi balap liar.
Berpindah ke lokasi kedua, salah satu tersangka yang mengendarai sepeda motor matic sendiri, disusul oleh Yudi Siswoyo dan IPDA Ahmad Efendi menggunakan sepeda motor dengan nomor polisi WR 155 untuk membubarkan kumpulan warga tersebut.
Selanjutnya, dalam adegan lain, Ipda Ahmad Efendi menembakkan senjata api ke udara sebanyak tiga kali kali saat melakukan pengejaran terhadap korban bersama empat rekannya.
Selanjutnya, berjarak dua kilometer, salah seorang saksi Sahat Sagala melompat dari sepeda motor dan meninggalkan empat orang rekannya untuk sembunyi.
Sebagian artikel telah tayang di Tribun Medan dengan judul "TERUNGKAP Fakta Baru Kematian Siswa SMA Pandu Siregar, Ipda Ahmad Efendi Letuskan Senjata Api"
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Medan/Abdi Tumanggor)(Kompas.com/Rahmat Utomo)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.