Jumat, 3 Oktober 2025

Temuan KontraS soal Tewasnya Remaja di Asahan, Sempat Diinjak Polisi Berulang Kali di Perut

KontraS menemukan adanya penganiayaan terhadap Pandu oleh polisi di mana korban diinjak perutnya sebanyak dua kali sebelum dinyatakan tewas.

Instagram Pandu via Tribun Medan
SISWA SMA TEWAS - Foto Pandu Brata Siregar (18) siswa sekolah menengah atas (SMA) Swasta di Asahan yang diduga meninggal usai ditendang oleh Polisi merupakan siswa berprestasi. Sering juara lomba lari, dan bercita-cita sebagai tentara. KontraS Sumatera Utara menemukan adanya penganiayaan terhadap Pandu oleh polisi di mana korban diinjak perutnya sebanyak dua kali sebelum dinyatakan tewas. Hal ini disampaikan KontraS Sumatera Utara dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (17/3/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara membeberkan hasil investigasinya terkait tewasnya remaja di Kabupaten Asahan bernama Pandu Brata Siregar (18) yang diduga akibat dianiaya oleh polisi.

Menurut temuannya, peristiwa berawal pada 8 Maret 2025 lalu sekira pukul 22.00 WIB ketika Pandu dan sembilan rekannya tengah nongkrong di sebuah warung kopi di Jalan Durian, Asahan.

Lalu, saat tengah malam, rombongan Pandu pun membubarkan diri untuk pulang. Namun, saat perjalanan, mereka penasaran lantaran adanya pemuda yang tengah berkumpul di pinggir jalan.

Ternyata, di tempat tersebut tengah berlangsung lomba balap lari.

"Karena rasa penasaran, mereka mendekati kumpulan tersebut dan mendapati bahwa sedang berlangsung lomba balap lari," kata anggota KontraS, Ady saat konferensi pers di kantornya, Senin (17/3/2025), dikutip dari Kompas.com.

Kemudian, Ady menuturkan, sekira pukul 00.30 WIB, datang beberapa anggota polisi untuk melakukan pembubaran.

Bahkan, pembubaran tersebut disertai dengan tembakan peringatan yang membuat para pemuda berhamburan kabur, termasuk rombongan Pandu.

Akibatnya, Pandu pun terpisah dengan rombongannya saat mengendarai sepeda motor.

"Lalu terjadi aksi kejar-kejaran antara (motor yang ditumpangi) korban dan oknum polisi yang mengendarai motor. Oknum polisi tersebut berusaha menjatuhkan mereka dengan menendang saat berkendara," ujar Ady.

Selanjutnya, Sahat, rekan Pandu, memutuskan untuk melompat dari sepeda motor dan melarikan diri.

Baca juga: Polisi Lakukan Ekshumasi, Keluarga Pandu Bawa Dokter Independen, Pengacara: Untuk Mengawal

Hal tersebut turut diikuti oleh Pandu. Nahas, saat melompat, korban justru tertabrak motor yang dikendarai polisi tersebut.

Lantas, Ady mengatakan polisi tersebut menendang Pandu sebanyak dua kali.

"Setelah itu, oknum polisi menendang korban sebanyak dua kali," ujar Ady.

Ternyata, dugaan penganiayaan terhadap Pandu oleh polisi itu turut disaksikan warga sekitar.

Warga pun turut mendengar adanya suara tembakan sebanyak tiga kali serta suara bising sepeda motor di depan rumahnya.

Ady mengatakan saksi juga mengaku sempat melihat Pandu ditendang perutnya oleh polisi sebanyak tiga kali hingga meminta ampun.

"Polisi menginjak dan menendang perutnya sebanyak tiga kali. Beberapa warga lainnya juga sempat mendengar suara teriakan Pandu meminta ampun dan meminta tolong saat kejadian tersebut," kata Ady.

Pandu Sempat Dibawa ke Puskesmas, Jalani Tes Urine di Polsek

Kemudian, Pandu sempat dibawa polisi ke puskesmas lantaran menderita luka di pelipis hingga mendapat jahitan.

Setelah itu, Pandu langsung diamankan di Polsek Simpang Empat untuk menjalani tes urine sebanyak dua kali.

Saat tes urine kedua, korban dinyatakan positif mengonsumsi narkoba.

"Di Polsek Simpang Empat, Pandu menjalani tes urine sebanyak dua kali. Hasil tes pertama menunjukkan negatif narkoba, namun hasil tes kedua tidak jelas. Namun, pihak kepolisian akhirnya menyatakan hasil positif narkoba," ujar Ady.

Dibawa ke RS oleh Keluarga, Ada Darah di Ulu Hati dan Lambung Korban

Keesokan harinya yaitu pada Minggu (9/3/2025) pukul 10.00 WIB, Pandu pun dijemput keponakannya, Arlitua Manurung dan rekannya, Sahat.

Kemudian, Pandu dibawa ke rumah sakit. Namun, karena pada saat itu hari Minggu, maka tidak ada dokter yang bisa menangani.

Pandu pun baru menjalani pemeriksaan keesokan harinya pada Senin (10/3/2025) pukul 07.00 WIB.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, ada bercak darah di ulu hati dan lambung Pandu. Nahas, Pandu dinyatakan meninggal dunia pada Senin sore pukul 16.30 WIB.

"Hasil rontgen menunjukkan terdapat bercak darah di ulu hati dan lambung korban yang mengindikasikan adanya pendarahan. Pada siang hari, kondisi korban memburuk, dan pada pukul 16.30 WIB, Pandu dinyatakan telah meninggal dunia," ujar Ady.

Pra-rekonstruksi Digelar, Tersangka Peroleh Informasi Ada Balap Liar

Pra Rekonstruksi Tewasnya Pemuda di Asahan
PRAREKONSTRUKSI PENGANIAYAAN: Antusiasme warga menonton prarekontruksi dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum polisi berpangkat IPDA di Asahan. Warga mengaku, Polisi harusnya menjadi pengayom masyarakat, kini membunuh masyarakat, Senin (17/3/2025). (TRIBUN MEDAN/ALIF ALQADRI HARAHAP)

Pada hari ini, Senin (17/3/2025), digelar pra-rekonstruksi dengan menghadirkan tiga tersangka yaitu Dimas Adrianto alias Bagol, Yudi Siswoyo, dan Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat Ipda Ahmad Efendi.

Dalam pra-rekonstruksi, mulanya para tersangka berkumpul di sebuah warung mie Aceh mendapatkan informasi adanya aksi balap liar.

Mendapatkan informasi tersebut, salah satu tersangka Bagol langsung berangkat ke lokasi untuk memastikan adanya aksi balap liar.

"Kemudian, dibilang Kanit (tersangka Ahmad Efendi) kalau ada nanti kabari saya," ungkap tersangka, dikutip dari Tribun Medan.

Dua adegan diperagakan di warung warkop Agam, dengan salah satu tersangka Bagol mengecek lokasi di Kecamatan Simpang Empat terkait informasi balap liar.

Berpindah ke lokasi kedua, salah satu tersangka yang mengendarai sepeda motor matic sendiri, disusul oleh Yudi Siswoyo dan IPDA Ahmad Efendi menggunakan sepeda motor dengan nomor polisi WR 155 untuk membubarkan kumpulan warga tersebut.

Selanjutnya, dalam adegan lain, Ipda Ahmad Efendi menembakkan senjata api ke udara sebanyak tiga kali kali saat melakukan pengejaran terhadap korban bersama empat rekannya.

Selanjutnya, berjarak dua kilometer, salah seorang saksi Sahat Sagala melompat dari sepeda motor dan meninggalkan empat orang rekannya untuk sembunyi.

Sebagian artikel telah tayang di Tribun Medan dengan judul "TERUNGKAP Fakta Baru Kematian Siswa SMA Pandu Siregar, Ipda Ahmad Efendi Letuskan Senjata Api"

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Medan/Abdi Tumanggor)(Kompas.com/Rahmat Utomo)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved