Sabtu, 4 Oktober 2025

Pengakuan Tri Cahyaningsih, Gagal Jadi PNS Karena Tinggi Kurang 0,5 Cm, Berjuang selama Tujuh Tahun

Tri Cahyaningsih, seorang buruh di Jawa Tengah gagal menjadi CPNS. Hal ini karena tinggi badan Tri Cahyaningsih kurang 0,5 cm dari persyaratan.

Editor: Glery Lazuardi
TribunSolo.com/Tri Widodo
TRI CAHYANINGSIH Tri Cahyaningsih, seorang buruh di Jawa Tengah gagal menjadi CPNS. Hal ini karena tinggi badan Tri Cahyaningsih kurang 0,5 cm dari persyaratan. Hal itu diungkapkan Tri Cahyaningsih, pada Rabu (19/2/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI - Tri Cahyaningsih, seorang buruh di Jawa Tengah terpaksa harus gigit jari karena gagal menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). 

Menjadi seorang PNS adalah mimpi Tri Cahyaningsih. Dia sudah mengikuti tes CPNS sejak 2017.

Padahal, Tri Cahyaningsih adalah peraih skor tertinggi Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah. 

Nilai SKD CPNS Tri Cahyaningsih menunjukkan angka 476.

Baca juga: Buruh Pabrik Peraih Skor Tertinggi SKD CPNS Gugur Gegara Tinggi Badan, Cuma Kurang 0,5 Sentimeter

Tri Cahyaningsih gagal menjadi PNS bukan karena nilai SKD CPNS, tetapi karena tes kesehatan. 

Tinggi badan Tri Cahyaningsih menunjukkan angka 157,5 atau kurang 0,5 cm dari batas minimal syarat tinggi badan 158 sentimeter.

Hal itu diungkapkan Tri Cahyaningsih, “Minimal tinggi (tinggi badan minimal) 158 sentimeter. Nah pas di sana (seleksi kesehatan) cuma 157,5 saja,” kata dia pada Rabu (19/2/2025).

Dia merasa kecewa atas ketidakberhasilannya lolos dalam tes kesehatan. Namun, dia berencana untuk ikut rekrutmen CPNS lagi. 

“Tapi nggak apa-apa memang belum rejekinya. Kalau ada bukaan lagi (formasi) yang sesuai, mau daftar lagi. Bisa pakai nilai SKD yang kemarin,” kata dia.

Perjuangan untuk Menjadi PNS

Ini bukan pertama kali Tri Cahyaningsih gagal dalam seleksi CPNS

Dia beberapa kali gagal selama menjalani tes. 

Menjadi ASN memang sudah menjadi impiannya sejak 2017. 

Artinya, dia sudah berjuang selama tujuh tahun demi menjadi abdi negara.

Pada tujuh tahun lalu, berbekal ijazah SMA, dia pun memberanikan diri mendaftar seleksi CPNS sebagai penjaga tahanan. 

Hanya saja, usahanya saat itu belum berhasil. Dia gugur dalam tes seleksi kesamaptaan.

Tahun berikutnya, dia mencoba daftar lagi, namun tak bisa mengikuti tes. Ayya, panggilan akrab Tri Cahyaningsih, yang tak putus asa pun kembali ingin mendaftarkan diri sebagai CPNS. 

Baca juga: Rilis BKN: Ini Kriteria Pelamar CPNS dan PPPK 2024 Mengundurkan Diri yang Terkena Sanksi

Namun, Tuhan berkehendak lain. Dia justru mendapatkan amanat yang lebih besar. Ayya yang hamil lalu melahirkan sang putra tak memungkinkan untuk mengikuti seleksi. 

Padahal, tahun itu menjadi kesempatan terakhir bagi Ayya untuk mengabdikan diri pada negara.

"Kan tidak bisa ikut lagi karena batas usia maksimal 28 tahun. Yaudah nggak bisa," katanya.

Pengumuman pembukaan CPNS Kemenkumham Jateng untuk formasi penjaga tahanan tahun 2024 membawa angin segar bagi Ayya.

Dalam penerimaan ini, usia maksimal 35 tahun. 

Ayya yang berusia 31 pun kembali mendapatkan peluang lagi untuk mengejar impiannya.

Seakan tak ingin melewatkan kesempatan emas ini, Ayya pun kembali harus mengasah kemampuannya agar bisa lolos tes seleksi.

Buruh pabrik tekstil di Ampel itu pun kembali belajar dari satu buku materi CPNS

Selain itu, Ayya juga belajar dari soal-soal di internet, YouTube, dan mengikuti tryout online. Ayya pun belajar materi itu di sela-sela waktu senggangnya.

Tak mudah memang bagi ibu dua anak untuk belajar di sela kesibukannya sebagai ibu sekaligus buruh pabrik. Umumnya, pabrik tekstil memiliki tiga shift: Shift 1, pukul 06.00-14.00 WIB, Shift 2, pukul 14.00-22.00 WIB, dan Shift 3 pukul 22.00-06.00 WIB.

Beruntung, berkat dukungan suami dan keluarga, Ayya pun bisa memaksimalkan waktu senggangnya.

"Kalau capek ya capek banget, soalnya belajar sambil bekerja, mengurus rumah, anak, suami. Tapi untung anak-anak dan suami bisa saling support,” kata dia.

Selain belajar, Ayya juga melakukan ikhtiar batin. Dia tak pernah melupakan dzikir setelah salat 5 waktu.

Salat Dhuha pun tak pernah ditinggalkan. Dia juga kerap Salat Tahajud tengah malam. 

"Kalau tahajudnya kadang-kadang. Tapi kalau Dhuha terus. Kalau pas di pabrik juga tetap bisa Salat Dhuha," ujar alumni SMA N 3 Boyolali ini.

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Tak Menyerah, Buruh Pabrik di Boyolali Peraih Skor Tertinggi SKD CPNS Ternyata Tak Sekali Ikut Tes

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Buruh Pabrik Boyolali Peraih Skor Tertinggi SKD CPNS Gugur, Gegara Tingginya Kurang Seujung Kuku

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved