Fenomena Pengamen di Bali, Tanggapan Sosiolog Universitas Udayana dan Anggota DPRD Setempat
Langkah yang diambil pemerintah dengan cara mengamankan dan memulangkan pengamen ke daerah asal tidak efektif
Pelatihan dan Insentif
Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Bali, I Gusti Putu Budhiarta alias Gung Budhi memahami munculnya fenomena pengamen berbaju adat Bali itu.
Ia mengatakan, pandemi Covid-19 berkepanjangan membuat banyak orang kesulitan mencari pekerjaan.
"Ini posisi kondisi yang serba sulit di masa pandemi berkepanjangan, sehingga banyak yang putus kerja, serba sulit mencari pekerjaan," katanya, Minggu 26 September 2021.
Pun begitu, ia mengaku prihatin dengan adanya fenomena tersebut yang menurutnya banyak dilakukan oleh para kaum muda.
"Termasuk saya pernah melihat itu, apakah itu krama Bali atau tidak kan tidak tahu kita. Tadi saya melihat banyak di persimpangan-persimpangan traffic light, bahkan cenderung anak-anak muda," paparnya.
Gung Budhi mendorong pemerintah untuk memberikan pembinaan yang tepat.
Menurut dia, pemberian bantuan sembako saja tidak cukup karena bukan solusi akhir.
Lazimnya mereka kembali lagi ke lapangan untuk mengamen.
"Mereka ini kan kesulitan ekonomi sebenarnya," kata dia.
Seharusnya, kata Gung Budhi, yang dilakukan pemerintah daerah adalah melatih para pengamen tersebut dengan keterampilan yang berguna di masa pandemi.
Misalnya pelatihan kewirausahaan ataupun pelatihan UMKM, termasuk bantuan permodalan yang berasal dari APBD.
"Masyarakat ya harus dibina untuk bisa menjadi mandiri secara ekonomi. Pelatihan UMKM, wirausaha sangat bagus jika bisa dilakukan," demikian Gung Budhi. (sup/gil)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Fenomena Pengamen di Bali, Sosiolog Unud Minta Pemerintah Siapkan Skema Penyerapan Lapangan Kerja