Jumat, 3 Oktober 2025

Fenomena Pengamen di Bali, Tanggapan Sosiolog Universitas Udayana dan Anggota DPRD Setempat

Langkah yang diambil pemerintah dengan cara mengamankan dan memulangkan pengamen ke daerah asal tidak efektif

Editor: Eko Sutriyanto
Satpol PP Kota Denpasar
Nengah Bayung (21) bersama rekannya Nengah Hendra saat diamankan Satpol PP Kota Denpasar di perempatan Tohpati, Denpasar, Sabtu 25 September 2021 kemarin 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Di usai pandemi Covid-19, muncul fenomena baru pengamen mengenakan pakaian adat Bali lengkap dengan kemben dan udeng serta membawa perangkat sound system kecil.

Mereka menyanyikan lagu ang paling populer seperti lagu Angkihan Baan Nyilih yang dipopulerkan Widi Widiana.

Mereka biasanya menyasar beberapa traffic light dengan lalulintas kendaraan yang padat seperti di perempatan Jalan Nangka–Jalan Gatot Subroto Denpasar, perempatan Tohpati hingga tempat keramaian seperti Pasar Sanglah.

Sosiolog dari Universitas Udayana (Unud) Gede Kamajaya, munculnya fenomena ini karena keterdesakan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Keadaan ini menyebabkan orang mulai merambah ke pekerjaan apa saja yang sekiranya bisa menghasilkan uang untuk bertahan hidup.

Baca juga: VIRAL Pensiunan Polisi Terciduk Razia saat Mengemis Jadi Manusia Silver, Begini Kisah di Baliknya

Bahkan mereka menambahkan embel-embel identitas Bali untuk menarik simpati masyarakat.

“Identitas ke-Bali-an menjadi modal kultural mereka untuk memperbesar peluang mendapatkan simpati dan tentu saja ini bisa menambah pendapatan,” kata Kamajaya, Minggu 26 September 2021.

Ia menambahkan pemerintah tak boleh diam melihat fenomena ini.

Skema penyerapan tenaga kerja perlu dipersiapkan.

“Mulai dari skema jangka pendek, menengah dan jangka panjang perlu disiapkan biar masyarakat tetap bisa produktif dan berdaya,” imbuhnya.

Kamajaya mengatakan ada banyak sektor yang bisa digarap oleh pemerintah untuk menyerap tenaga kerja.

Baca juga: Dampak Globalisasi bagi Perubahan Perilaku Masyarakat Indonesia

Satu di antaranya menggarap lahan Pemprov yang tidak produktif dan terbengkalai.

“Banyak sektor yang bisa digarap, lahan Pemprov banyak yang bisa digarap, yang tidak produktif dan terbengkalai misalnya. Bisa dimanfaatkan untuk digarap dengan menyerap tenaga kerja lokal dan gaji yang memadai,” katanya.

Ia menilai, langkah yang diambil pemerintah dengan cara mengamankan dan memulangkan pengamen ke daerah asal tidak efektif.

“Saya pikir ini tidak efektif karena mereka tidak memberi jalan keluar atas masalah yang mereka hadapi,” katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved