Kisah Anaci, Janda 3 Anak Kerja Jadi Drivel Ojol dengan Penghasilan Rp 10.000 Per Hari
Sekali starter kaki, mesin motor matik-nya itu langsung hidup. Setiap pagi, Anaci selalu memanaskan motor sebelum bekerja.
Anaci meraih sebuah helm yang diletakan di sudut meja ruang tamu, lalu disematkan di kepalanya.
Tak lupa pula, sebuah masker scuba berwarna hitam dipakai untuk menutup hidung dan mulutnya. Terlihat hanya dua sorot matanya yang tajam.
Mesin sepeda motor yang sudah panas, ditumpanginya. Dia membonceng Theresia menuju tempat kerjanya yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya.
Kondisi jalan raya yang mulus dan lalu lintas yang tidak terlalu padat, mempercepat waktu tempuh perjalanan.
Sekitar 15 menit, Anaci sudah kembali ke rumahnya. Dia harus membantu menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dua anaknya yang ditugaskan guru mereka.
Matahari belum sepenggalah meninggalkan singgasananya, Anaci sudah bersiap untuk mengojek, usai membantu menyelesaikan tugas sekolah dua putrinya.
Aplikasi daring di ponsel Android warna hitam miliknya dihidupkan. Saatnya untuk mencari pundi-pundi rupiah guna membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.
Mengenakan jaket warna biru bergaris hitam bertuliskan AO-Rider dan dipadu celana jeans warna biru dan sandal jepit, Anaci bergerak keluar dari rumahnya menyusuri gang sempit hingga jalan protokol.
Melaju dengan kecepatan 40 kilometer per jam, Anaci akhirnya sampai di tempat tujuannya di Jalan Bumi 1, Kelurahan Oesapa Selatan, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang.
Di tempat itu, Anaci berbaur bersama sejumlah rekan ojek daring lainnya. Orderan penumpang hari itu sepi. Sejak pagi hingga sore, Anaci baru mendapat Rp 7.000.
Begitu hendak kembali ke rumah, orderan masuk dengan tarif Rp 3.000. Ia pun segera mengantar penumpang, seorang perempuan berusia paruh baya.
Usai mengantar penumpang tersebut, Anaci kembali lagi ke pangkalannya.
"Hari ini hanya dapat Rp 10.000. Sangat sepi. Sejak pandemi corona ini pemasukan saya per hari antara Rp 10.000 dan paling tinggi Rp 20.000," ungkap Anaci kepada Kompas.com.
Bahkan, kata Anaci, pernah dirinya hanya mendapat pemasukan sehari Rp 7.000.
Meski hanya mendapat hasil dari jerih payah mengojek sangat kecil, namun Anaci tetap mensyukurinya.