Belajar dari Kisah Ayah Tusuk Anak Balitanya hingga Tewas, Berikut 3 Pesan Penting Psikolog
Seorang ayah di Tangerang membunuh anaknya lalu berusaha mengakhiri hidupnya sendiri. Psikolog berikan pesan-pesan untuk belajar dari kasus ini.
"Orang kalau tidak dekat agama akan menganggap hidup ini beban karena merasa hidup harus mencari materi, hidup dituntut ini-itu,
harga-harga barang naik, akses kesehatan yang naik, ini kan membuat dia merasa tertekan," jelas Adib.
Sebaliknya, psikolog dari praktekpsikolog.com itu menuturkan seseorang dengan keimanan yang kuat dan memiliki rasa syukur yang tinggi akan lebih kecil kemungkinannya melakukan bunuh diri.
"Kalau orang bersyukur ini kan tanpa disadari akan mensyukuri apa yang dia miliki," kata Adib.
"Walaupun juga dilatih dengan usaha, tapi paling tidak pelajaran untuk bersyukur akan menghindarkan masyarakat dari pikiran bunuh diri,
karena orang merasa dia diberikan hidup maka tidak boleh mengakhiri hidupnya," sambung Adib.
3. Kepedulian dalam Masyarakat Diperlukan
Lebih lanjut, Psikolog dari Bintaro, Jakarta Selatan itu menyampaikan, peran tokoh masyarakat juga dibutuhkan dalam menanggulangi kasus seperti ini.
"Peran-peran lingkungan RT, lingkungan tokoh masyarakat, itu harus benar-benar peduli juga," tutur Adib.
Menurut Adib, saat ini budaya tolong-menolong dan kepedulian antar masyarakat sudah luntur.
Kini, sifat-sifat individual dinilai sudah mulai muncul di masyarakat.
"Sifat-sifat individual sudah mulai muncul, padahal ketika masyarakat itu mau tolong-menolong, bantu-membantu, ya seseorang akan merasa ada, merasa didukung, sehingga keinginan untuk bunuh diri menjadi berkurang," terangnya.
Dalam kasus ini, Adib menilai pelaku merasa tidak memiliki ruang komunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
"Dalam arti, ruang komunikasi dengan istri sudah sulit, ruang komunikasi dengan mertua, orangtua, saudara, mungkin juga sudah sulit," kata Adib.
Adib menekankan, kepedulian antar keluarga maupun antar masyarakat harus dijangkau.
"Kepedulian ini harus benar-benar dijangkau, didalami, artinya bagaimana seseorang itu peduli pada yang lain," tuturnya.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta) (TribunJakarta.com/Ega Alfreda)