Kamis, 2 Oktober 2025

Belajar dari Kisah Ayah Tusuk Anak Balitanya hingga Tewas, Berikut 3 Pesan Penting Psikolog

Seorang ayah di Tangerang membunuh anaknya lalu berusaha mengakhiri hidupnya sendiri. Psikolog berikan pesan-pesan untuk belajar dari kasus ini.

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: bunga pradipta p
TribunJakarta/Ega Alfreda/Dokumentasi polisi
Lokasi kejadian balita meninggal ditikam di kawasan Kedaung Wetan RT 02/02 Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Senin (16/12/2019). 

TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini terjadi kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ayah pada anaknya yang masih berusia lima tahun.

Pria bernama Ardiansyah (30) itu membunuh anaknya, AC (5), di kontrakannya yang berlogasi di Neglasari, Tangerang, Senin (16/12/2019).

Dilansir dari TribunJakarta.com, bocah lima tahun itu mendapat luka tusuk di leher dan perut.

Menurut keterangan Kapolsek Neglasari, Kompol Manurung, setelah mengetahui anaknya meninggal, pelaku mencoba mengakhiri hidupnya.

Psikolog Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, S Psi M Psi, menuturkan kekejaman tersebut dapat terjadi karena kondisi kehidupan yang sulit.

"Orang berani melakukan itu karena kondisi kehidupannya sulit, baik sulit karena beban-beban psikologis ataupun kondisi ekonominya yang sulit," tutur Adib saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (17/12/2019).

Adib menyebut kasus ini merupakan fenomena yang menunjukkan bahwa masyarakat sedang dalam kondisi psikologis yang sakit.

"Yang jelas, ini adalah fenomena bahwa masyarakat kita dalam kondisi psikologis yang sakit," kata Adib.

Belajar dari kasus ini, Adib menyampaikan ada beberapa hal yang dapat diambil sebagai pelajaran.

1. Tolong Menolong dalam Keluarga Sangat Diperlukan

Satu di antaranya yaitu mengambil pelajaran bahwa tolong menolong dalam keluarga memang sangat diperlukan.

"Kedekatan antar keluarga itu sangat penting, bagaimana orang bekerjasama, bagamana orang saling mendukung," tutur Adib.

Adib menambahkan, sejak kecil anak perlu dilatih untuk dapat berempati dan peka.

"Jangan sampai anak sejak dini sama keluarga berantem dibiarin," kata Adib.

Ia menjelaskan, seorang anak yang dibiarkan berkelahi atau bermusuhan dengan saudaranya akan menjadi tidak saling mengenal dengan saudaranya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved