Mengintip Aksi Pelaku Begal, Berpenampilan Necis Agar Tak Menimbulkan Kecurigaan
Boby bercerita, profesi sebagai jambret, begal, dan pembobol rumah telah dijalaninya sejak dua tahun lalu.
Sejauh ini, Roby mengaku paling sering kerja sebagai pembobol rumah dibandingkan dengan begal atau jambret.
Baca: Mahfud MD: Islam Rahmatan Lil’alamiin, Tidak Mengancam, Tidak Usil terhadap Keyakinan Orang Lain
Pertimbangannya karena hasil lebih besar, relatif mudah, minim risiko, dan masa hukumannya lebih singkat.
Berbeda jika menjadi begal atau jambret. Aksinya dilakukan secara kasar dan rawan amukan massa.
"Lebih berisiko begal, karena jika ketangkap pasti dihajar massa, banyak kasus sampai mati. Masa hukuman juga paling ringan bobol, hanya tiga tahunan. Kalau begal bisa lebih, soalnya bawa senjata tajam saja sudah kena delapan bulan," paparnya.
Rapi
Meski bekerja kriminal, Boby mengaku sangat memperhatikan betul dampak dari tindakannya, khususnya dari segi hukum.
Sehingga, sebisa mungkin ia menjalankan aksi secara rapi tanpa perlu melakukan tindakan yang akan memperlama masa hukuman.
"Sejauh ini saya belum pernah tertangkap petugas. Bunuh orang juga tidak pernah, tapi kalau bacok pernah, itu pun terpaksa karena ketika membegal korban melawan," ujarnya.
Menurut dia, sekarang ini semakin banyak orang yang bekerja seperti dirinya.
Bahkan, ada perkampungan di Semarang yang remajanya banyak menjadi pembobol rumah maupun begal.
Baca: Cemburu pada Desta dan Vincent, Velyn Bocah 3 Tahun Ingin Bertemu dan Digendong Jokowi
Menjadi begal baru ditekuninya setahun terakhir.
Korban pertamanya dulu merupakan laki-laki pengguna sepeda motor.
Caranya, kendaraan korban dipepet, lalu ia turun dan menodongkan pedang.
Sama seperti membobol rumah, aksi pembegalan sering dilakukan Boby di wilayah Semarang bagian timur.