Cerita Penjaga dan Anak Kos Bunuh Dosen Senior Undip
Asisten rumah tangga berkomplot dengan penghuni kos yang masih satu daerah, membunuh secara keji pemilik kosan, dosen senior Undip.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Daniel Ari Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Suara Supardi (22) bergetar menceritakan detik-detik kematian dokter senior Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi, Nanik Trimulyani (72).
Menurut Supardi, mantan pegawai di Kementerian Kesehatan itu meninggal usai dicekik Parman (22), rekan Supardi. Kedua pelaku berasal dari Wonosobo.
Selama ini Supardi bekerja sebagai asisten rumah tangga dan penunggu kos di rumah Nanik. Sementara Parman salah satu penghuni kamar kos Nanik.
Upaya pembunuhan terhadap Nanik berlangsung di dalam kamar tidur korban di kawasan Plampitan 58, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (23/4/2017) lalu.
"Saya hanya bantu memegangi tangan Bu Nanik dari belakang," ujar pria kelahiran 9 Juli 1995 itu saat mengikuti gelar perkara di Polrestabes Semarang, Jumat (12/5/2017) siang.
Baca: Sadis, Pelaku Lakban Mulut dan Ikat Kaki dan Tangan Dosen Undip
Baca: Penjaga Kos Dosen Undip Terlibat Pembunuhan, Sempat Anjurkan Pemasangan CCTV
Baca: Ogah Menyerah, Polisi Janji Tembak Mati Pembunuh Dosen Undip Semarang
Baca: Dosen Undip Tewas di Tangan Pencuri Pensiunan Kementerian Kesehatan
Baca: Pencuri Cekik Dosen Undip di Kamar, Mayatnya Dibuang di Selokan
Baca: Dua Pencuri Bunuh Dosen Undip, Mayatnya Dibuang di Banjarnegara
Sebelum meninggal, dua tangan dan kaki Nanik diikat. Mulut korban pun disumbat lakban. Dalam kondisi terjepit Nanik masih meronta, sehingga Parman mencekik lehernya hingga tewas.
"Saya terpaksa membantu Parman mencuri karena diancam menggunakan parang. Saya tidak tahu jika akhirnya Bu Nanik malah dibunuh," Supardi menambahkan.
Parman tinggal di kos Nanik belum genap setengah bulan. "Kalau pacarnya Parman sudah dua bulan di kos itu. Ceritanya mereka kos bersama," beber Supardi.
Warga Krangean Wetan, Wonosobo, itu berpendapat ada masalah pribadi antara Parman dan Nanik. Besar kemungkinan Nanik marah lantaran Parman dan kekasihnya belum bayar kos.
"Setelah Bu Nanik meninggal, kami ambil mobilnya di Rumah Sakit Telogorejo. Kemudian kembali ke kos untuk memindahkan mayatnya. Yang menggotong mayat itu Parman sendiri," tutur dia.
Mereka pula sempat mengambil barang-barang berharga Nanik. Meliputi dua unit telepon genggam, televisi dan uang tunai Rp 2 juta.
Mayat Nanik dibuang dua pemuda itu di selokan di Kembanganom, Rakit, Wonosobo.
Kapolrestabes Semarang, Kombes Abioso Seno Aji, berujar jajarannya masih memburu Parman.
"Kami menangkap seorang lagi bernama Rudi (18). Dia merupakan penadah barang curian Parman," sambung Abi.
Pengakuan Rudi, mobil milik Nanik akan dijual Rp 30 juta. Sudah ada tawaran harga Rp 27 juta dari pembeli. Belum sempat laku polisi sudah meringkus kedua pemuda itu.
"Laba penjualan mobil untuk saya Rp 500 ribu. Saya tahunya itu mobil pencurian, ternyata pembunuhan juga," sambung Rudi.