Wanita Tangguh Ini Ambil Bahan Baku Daun Nipah di Wilayah Sarang Buaya
Ibu dua anak ini harus memeras peluh lebih kuat agar tumpukan daun nipah yang dipotongnya lekas selesai minimal 300 kilogram
Tiap kelompok tiga orang perempuan, satu di antarnya merupakan bos atau pengepul.
Meli dan Habibah bekerja satu kelompok dengan bosnya, Mira sebagai pengepul.
Statusnya sebagai bos, Mira tetap ikut bekerja memotong.
Walau salah satu jarinya sudah dibungkus kain akibat luka sayatan parang.
Tugasnya pun terbilang berat.
Selain memotong, ia juga harus membatu suaminya mengambil bahan baku daun nipah.
Sebagai pengepul, Mira menjual nipah kepada bos besar Rp 600 per kilogram.
Ia mengaku ingin menaikan upah Meli dan Habibah.
Namun tidak memungkinkan jika penampung besar tidak menaikan harga beli pucuk nipah darinya.
“Kalau harganya naik, pasti naik juga untuk ongkos memotong,” ujar Mira sambil tersenyum.
Pekerjaan memotong daun nipah muda yang dilakoni Meli, Habibah dan Mira cukup membantu penghasilan masyarakat daerah aliran sungai yang selama ini bergantung dengan mencari lokan (kerang sungai).
Sebagai pengepul, Mira serta warga lain harus bertaruh nyawa mengambil bahan baku daun nipah muda dari daerah Singkil Lama yang dikenal sebagai sarang buaya.
Namun ancaman dimangsa buaya tersebut tidak ada artinya dengan dorongan Mira bersama rekan-rekannya memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Para pekerja pemotong nipah sering tak bisa membawa banyak daun nipah sebab perahu yang mereka tumpangi berukuran kecil.
Sehingga dalam seminggu perempuan seperti Meli dan Habibah hanya sehari dapat memotong daun nipah yang dikumpulkan bosnya, Mira.