Wanita Tangguh Ini Ambil Bahan Baku Daun Nipah di Wilayah Sarang Buaya
Ibu dua anak ini harus memeras peluh lebih kuat agar tumpukan daun nipah yang dipotongnya lekas selesai minimal 300 kilogram
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Dede Rosadi
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - SECEPAT kilat tangan kanan Meli mengayunkan golok sepanjang 30 centimeter memotong pucuk daun nipah sementara tangan kirinya tak kalah gesit.
Ia melempar potongan daun ke tumpukan sebelah kiri tempat duduknya.
Sesekali ia berteriak mengingatkan putranya yang masih balita menjauh dari pinggir sungai Rintis, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil, tempat perempuan setengah baya itu bekerja memotong daun nipah muda.
Di lain waktu Meli tetap awas, matanya memantau keberadan sang anak.
“Membantu suami, daripada tidur di rumah itu jauh lebih baik agar asap dapur bisa mengepul di rumah,” kata Meli, penduduk Siti Ambia sambil menyeka keringat kepada Serambi kemarin.
Sambil berlindung di bawah tenda biru, ibu dua anak ini harus memeras peluh lebih kuat agar tumpukan daun nipah yang dipotongnya lekas selesai minimal 300 kilogram.
Setiap 1 kilogram potongan daun nipah ia mendapat upah Rp 100.
Bila berhasil memotong 300 kilogram, artinya ia pulang ke rumah dengan membawa uang Rp 30.000.
Cukup membantu meringankan beban suaminya yang sehari-hari berkerja sebagai tukang becak.
Ibu rumah tangga lainnya Habibah, tak kalah gesit.
Di dekatnya sudah ada seikat daun nipah hasil potongan serta tumpukan lainnya yang masih disusun.
Baginya cuaca panas tak menjadi penghalang dalam mencari penghasilan tambah bagi suaminya sebagai nelayan.
Di sepanjang pinggir sungai Rintis, terdapat belasan perempuan usia 30-an lainnya yang berprofesi sebagai pemotong pucuk nipah.
Mereka bekerja berkelompok.