Kisah Bocah Yatim yang Meratau Jualan Siomay Bakar untuk Menghidupi Keluarganya
Roin yang masih seumuran anak SD adalah penjual somay bakar. Tiap hari ia menjajakan dagangannya di sekitar Desa Ngemplak Seneng, Manisrenggo, Klaten.
Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Karena himpitan ekonomi, Roin dan kedua kakaknya tak bisa menikmati bangku sekolah.
"Aku hanya sampai kelas 4 SD," jelas Roin.
Adapun profesi yang kini Roin geluti adalah pilihannya sendiri. Roin bercerita bahwa tak ada yang mengajaknya berjualan somay bakar, namun karena melihat kakaknya yang juga ikut juragan Wagi, akhirnya ia tertarik untuk mengikuti jejak sang kakak.
"Orang tua enggak bolehin ke sini (Klaten, red.), tapi aku sendiri yang mau ke sini," terangnya.
"Jangan, jangan pergi," tiru Roin atas sergahan ibunya.
Pendapatan Roin sendiri dari jualan somay bakar menurutnya lumayan. Meskipun pendapatnya fluktuatif, tergantung minat masyarakat yang membeli.
"Kalau jualannya habis satu gerobak pendapatan kotor bisa sampai Rp200 ribu," papar Roin.
"Ya tergantung jualannya, terkadang dikasih Rp60 ribu, Rp50 ribu, Rp40 ribu. Seringnya dapat 50 ribu," tambahnya.
Turadi, warga sekitar, hanya bisa menyayangkan anak seumuran Roin harus berjibaku untuk urusan perut.
"Pas tak tanya pendapatan per harinya ya sekitar 60 ribu, ya lumayan besar. Tapi masalahnya kan pendidikannya terlantar. Ngesakne lare-lare seumuran gitu," ibanya.
Meski begitu Turadi memaklumi kondisi Roin. Pasalnya di desanya juga masih banyak anak yang putus sekolah, dan memutuskan untuk kerja di tambang pasir.
"Orang-orang sini juga banyak yang kerja setelah lulus dari SD. Kerja di tambang pasir, mayoritas begitu," unggahnya.
Wagi, sang juragan somay bakar menuturkan bahwa selama ini ia tidak pernah mengajak orang-orang di desa asalnya untuk ikut berjualan bersamanya.
Dan semua orang yang kini ikut dirinya, berjualan atas kemauannya sendiri.
"Saya lulus SD juga langsung jualan, saya merantau sejak tahun 2003 ikut juragan. Setelah dapat ilmu saya mendirikan sendiri, sementara bapak saya (Somat, red) ikut saya mulai 2006," terang Wagi.