Minggu, 5 Oktober 2025

Kisah Bocah Yatim yang Meratau Jualan Siomay Bakar untuk Menghidupi Keluarganya

Roin yang masih seumuran anak SD adalah penjual somay bakar. Tiap hari ia menjajakan dagangannya di sekitar Desa Ngemplak Seneng, Manisrenggo, Klaten.

Editor: Sugiyarto
Tribun Jogja/Usman Hadi
Roin, bocah yang harus berjualan somay karena kemiskinan di keluarganya 

Wagi menuturkan bahwa anak-anak kecil di kampung halamannya di Citimbang, banyak yang putus sekolah.

Kemiskinan sangat identik di kampung kelahirannya, sehingga banyak anak kecil yang memutuskan untuk kerja.

"Kalau mau komentar melanggar undang-undang, toh ini atas kemauan sendiri. Saya tak pernah mengajak," sangkalnya.

Tujuh Orang

Kini ada tujuh orang yang ikut Wagi, dan dia mengakui bahwa dua di antara orang-orangnya masih di bawah umur untuk dipekerjakan.

"Sini sistemnya bagi hasil, 30:70%. 30% untuk pegawai dan 70% untuk modal dan untung usahanya," terang Wagi.

Namun dalam memberikan upah, Wagi tak mau langsung memberikan gaji tersebut pada anak buahnya.

Gaji mereka baru Wagi kasihkan kalau mereka pas lagi butuh atau lagi pas pulang ke rumah.

"Yang tak kasihkan per harian cuma ala kadarnya, karena kan anak kecil, nanti kalau tak kasihkan gaji semua, kan yang namanya anak, langsung habis nanti. Biasanya pas pulang gajinya tak kasihkan, jadi setiap pegawai ada catatan gajinya," tegas Wagi.

Wagi berujar bahwa semua pegawai yang ikut dengannya ia anggap sendiri sebagai keluarga.

Semua urusan pegawai selama di tempat kerja berada atas pengawasannya.

"Pernah ada pegawai yang jatuh di sumur, dan harus operasi habis Rp9 juta. Itu yang nanggung saya," terangnya.

Wagi tak menampik kalau banyak orang yang menanyakan ke dirinya mengapa mempekerjakan anak-anak di bawah umur.

Dalam menanggapi omongan itu, ia hanya menjelaskan datar ke banyak orang, bahwa inisiatif jualan tidak datang darinya, tapi berangkat dari keinginan sang anak, atau bahkan orangtuanya.

"Kalau ingin detail keadaan kondisi perekonomian anak-anak, bisa datang ke rumah. Bisa dilihat seperti apa kondisi keluarga mereka di desa. Di sana banyak anak yang putus sekolah," tuturnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved