Batu Akik Soekarno dan Merah Putih Paling Disukai Pengunjung
Sepanjang hari dipenuhi pengunjung yang melihat, membeli, mengasah, dan memasang emban atau ikatan untuk batu akik.
Manager restoran Bandar Djakarta Surabaya Margaretha Wenny mengatakan, kegiatan ini sengaja mereka gelar untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku di semua produk yang berdampak pada bisnis restoran.
Menurut Me, sapaan Margaretha Wenny, langkah tersebut sebagai upaya strategi bisnis kuliner Surabaya agar tetap dikunjungan penikmat kuliner kota besar seperti Surabaya.
"Kami menggandeng para kolektor akik dari beberapa wilayah Indonesia seperti Jakarta dan daerah lainnya," kata Me.
Sementara kehadiran ahli Gemogoli dan minerologi UGM, Miharto, untuk memberi edukasi tentang batu.
Macam-macam batu dan kandungannya, hingga masyarakat jadi tahu dan tidak begitu saja memasang harga yang tidak masuk akal dalam bertransaksi.
Juga ada kontes akik yang dilombakan setiap hari, dengan diselingi lelang.
Selain menggelar parade akik, pada kesempatan merayakan Kemerdekaan RI , pihaknya juga memberi harga khusus bagi masyarakat yang ingin menikmati masakan khas Bandar Djakarta Surabaya.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah pengujung. Dengan target jumlah pengujung 200 hingga 500 pengujung per hari.
Sementara untuk target transaksi dari bebatuan ini pihaknya tidak bisa memastikan karena nilai benda tersebut sulit diprediksi.
“Cukup sulit diprediksi berapa nilai transaksi batu akik ini. Akan tetapi kami berusaha untuk lebih besar dari tahun sebelummnya. Kami optimis, tahun ini akan meningkatkan nilai transaksinya karena diikuti 60 kolektor yang memunculkan batu Chalsedon koleksinya yang berwarna merah putih, juga ada batu Soekarno dan batu Edong pancawarna dari Garut," katanya.
Beberapa pengunjung restoran tampak menikmati kehadiran galeri batu akik ini.
"Saya masih pesan makanan. Kok ada akik, ya lihat dulu sambil menunggu makanan matang. Siapa tahu ada yang bisa dipakai untuk hiasan hijab," kata Rani, yang datang bersama lima anggota keluarganya.
Tak hanya itu, beberapa pengunjung yang akan bertransaksi juga memanfaatkan areal restoran untuk bernegosiasi sambil menyantap makanan jenis seafood.
"Ayo Mas, makan kepiting dulu, saya bayari, nanti harganya ya itu yang harus dibayar untuk batu kalamaya ini," kata seorang penjaga stan sambil menarik pengunjung yang mendesak melakukan tawar menawar batu akik tersebut. (*)